
Likuiditas Longgar, Bank BTN Kurangi Penerbitan Surat Utang

Jakarta, CNBC Indonesia - PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk (BBTN) berencana mengurangi penerbitan surat utang atau obligasi seiring longgarnya likuiditas di atas ketentuan yang ada, sehingga masih cukup kuat.
Dengan begitu BBTN bisa mendorong penurunan cost of fund (beban bunga) dan menjadi semakin efisien.
"Kami dorong penurunan cost of fund dengan menurunkan volume penerbitan surat utang karena bunganya masih mahal sekali, jatuh tempo tidak akan kita perpanjang. Kedua, bilateral loan termasuk pinjaman kami ke institusi lain yang nilainya masih sangat mahal," kata Plt. Direktur Utama BTN Nixon Napitupulu dalam Banking Outlook 2021 yang mengambil tema 'Perbankan Jadi Akselerator Pemulihan Ekonomi', Kamis (11/2/2021).
Momentum ini menurutnya menjadi kesempatan perusahaan untuk re-pricing harga-harga menjadi lebih murah, dan likuiditas perusahaan benar-benar mengandalkan dana pihak ketiga. Hal ini dapat membuat BBTN juga dapat mengurangi penerbitan surat utang maupun bilateral loan.
Pihaknya juga akan mendorong rasio dana murah (CASA, current account saving account) untuk mendorong fitur-fitur transaksi. Nixon mengungkapkan pihaknya bekerja sama dengan beberapa merchant ataupun institusi yang volume transaksinya tinggi, hingga bekerja sama dengan perusahaan fintech.
"Kami juga akan mendorong transaksi kita melalui kerjasama dengan fintech, jadi belanja online kita bisa dorong transaksi. Mudah-mudahan dengan begini bisa mendorong dana murah di 2021," ujarnya.
Menurut Nixon, sama seperti 2020, likuiditas BTN pada 2021 cenderung longgar sehingga biaya dana masih dapat ditekan. Padahal, pada tahun-tahun sebelumnya, loan to deposits (LDR) BTN biasanya di atas 100%.
Dia menyampaikan sumber laba terbesar pada 2020 adalah penghematan dari biaya cost of fund. Perusahaan pun menargetkan laba bersih Rp 2,5 triliun sampai Rp 2,8 triliun pada 2021, meningkat sekitar 50% dibandingkan setahun sebelumnya.
"Memang kami sudah submit RBB (rencana bisnis bank) ke OJK akhir 2020. Kami lagi diskusi mudah-mudahan bisa di-approve. Kami menargetkan laba bisa Rp 2,5-2,8 triliun tumbuh lebih dari 50%," ujar Nixon.
Sepanjang 2020, BTN mencatatkan kinerja laba bersih unaudited senilai Rp 1,61 triliun. Nilai ini naik signifikan, mencapai 671,6% dibandingkan kinerja laba bersih perusahaan sepanjang 2019 yang hanya mencapai Rp 209 miliar.
Nixon mengatakan kinerja yang sangat baik ini berhasil dicapai perusahaan setelah pada 2019 perusahaan melakukan pembersihan besar-besaran atas performa perusahaan sebelumnya.
(tas/tas)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article BTN Bagikan Dividen Rp 237 M atau 10% dari Laba 2021