Mau Imlek! Bursa Asia Tutup Lebih Awal, Hang Seng Semarak

Chandra Dwi, CNBC Indonesia
11 February 2021 16:04
bursa hong kong
Foto: REUTERS/Bobby Yip/File Photo

Jakarta, CNBC Indonesia - Jelang Tahun Baru Imlek Jumat besok (12/2/2021), beberapa bursa saham di kawasan Asia masih diperdagangkan pada Kamis (11/2/2021), ini terutama di Asia Tenggara.

Namun, untuk bursa saham Singapura (Straits Times Index/STI) hanya dibuka setengah hari pada Kamis ini, sehingga penutupan bursa Asia dilakukan lebih awal dari biasanya.

Sementara di kawasan Asia Timur, pasar saham yang masih dibuka walau hanya setengah hari saja yakni bursa saham Hong Kong (Hang Seng).

Tercatat indeks Hang Seng ditutup menguat 0,45%, sedangkan indeks Straits Times ditutup melemah tipis 0,01%.

Sedangkan, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup menguat 0,33% di level 6.222,52. Pergerakan IHSG cenderung datar karena investor merealisasikan keuntungannya jelang libur tahun baru imlek.

Data perdagangan mencatat nilai transaksi per hari ini kembali turun menjadi Rp 11 triliun. Investor asing pun melakukan aksi jual bersih (net sell) di pasar reguler sebesar Rp 50 miliar.

Sementara itu di Amerika Serikat (AS), bursa saham New York (Wall Street) ditutup beragam cenderung melemah pada perdagangan Rabu (10/2/2021) kemarin.

Investor cenderung melakukan aksi ambil untung (profit taking) karena sebelumnya terjadi reliĀ 6 hari berturut-turut di bursa saham Negeri Paman Sam tersebut.

"Valuasi pasar sudah naik tinggi. Mungkin kita sudah masuk fase jenuh beli," ujar Dennis Dick, Trader di Bright Trading LLC yang berbasis di Las Vegas (AS), seperti dikutip dari Reuters.

Namun prospek pasar saham (dan aset berisiko lainnya) masih cerah. Penyebabnya adalah tren kebijakan moneter ultra-longgar yang sepertinya masih akan dilakukan oleh bank sentral.

Dalam pidato di Economic Club of New York, Ketua Bank Sentral AS (The Federal Reserve/The Fed) Jerome 'Jay' Powell menegaskan bahwa butuh komitmen bersama untuk mewujudkan penciptaan lapangan kerja yang maksimal (maximum employment).

"Dengan begitu banyaknya orang yang kehilangan pekerjaan dan mungkin masih akan sulit mendapat pekerjaan selepas pandemi, mencapai maximum employment tidak hanya membutuhkan dukungan kebijakan moneter. Diperlukan komitmen nasional, dengan kontribusi dari pemerintah dan sektor swasta," tegas Powell, sebagaimana diwartakan Reuters.

Pernyataan Powell menyiratkan bahwa kebijakan moneter akomodatif sepertinya masih akan bertahan dalam waktu lama, sampai pasar tenaga kerja pulih. Saat ini lapangan kerja di Negeri Adikuasa masih sembilan juta lebih sedikit ketimbang tahun lalu.

Artinya, The Fed masih akan mempertahankan suku bunga ultra-rendah plus pembelian aset di pasat keuangan (quantitative easing) yang bernilai puluhan miliar dolar AS setiap bulannya. Likuiditas tetap akan longgar dan berlimpah, bekal untuk melanjutkan reli di pasar keuangan.

"Sentimen di pasar keuangan sangat positif. Pasar diuntungkan oleh tren suku bunga rendah dan suntikan likuiditas dari bank sentral," kata Dara White, Global Head of Emerging Markets Equity di Columbia Threadneedle Investment, seperti dikutip dari Reuters.

TIM RISET CNBC INDONESIA


(chd/chd)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Pasar Asia Sepi! Hang Seng-STI Melemah, IHSG Menguat

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular