Kasus Corona Melandai, Harga SBN Kembali Melemah

Chandra Dwi Pranata, CNBC Indonesia
10 February 2021 18:01
US Treasury, Bond, Obligasi (Ilustrasi Obligasi)
Foto: US Treasury, Bond, Obligasi (Ilustrasi Obligasi)

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga obligasi pemerintah atau Surat Berharga Negara (SBN) pada perdagangan Selasa (9/2/2021) mayoritas ditutup melemah, di tengah melandainya kasus virus corona (Covid-19) di Indonesia dan sentimen dari inflasi China periode Januari 2021.

SBN berjangka pendek ramai dikoleksi oleh investor, sedangkan untuk SBN berjangka menengah hingga panjang cenderung dilepas oleh investor pada hari ini.

Dari imbal hasilnya (yield), SBN berjangka pendek, yakni SBN seri FR0061 bertenor 1 tahun dan SBN berseri FR0039 dengan jatuh tempo 3 tahun mengalami penurunan yield. Sedangkan sisanya yang merupakan SBN berjangka menengah hingga panjang mengalami kenaikan yield.

Yield SBN seri FR0061 turun 2 basis poin (bps) ke level 4,02% dan yield SBN berseri FR0039 turun 0,9 bps ke 4,65%. Sementara itu, yield SBN dengan seri FR0087 bertenor 10 tahun yang merupakan yield acuan obligasi negara naik 1,5 bps ke level 6,26%.

Yield berlawanan arah dari harga, sehingga kenaikan yield menunjukkan harga obligasi yang sedang melemah. Demikian juga sebaliknya. Satuan penghitungan basis poin setara dengan 1/100 dari 1%.

Sebelumnya pada Selasa (9/2/2021), Kementerian Kesehatan mencatat jumlah pasien positif Covid-19 mencapai 1.174.779 orang. Artinya, ada penambahan 8.700 orang (0,75%) dari hari sebelumnya.

Dalam 14 hari terakhir, rata-rata penambahan pasien baru adalah 11.602 orang per hari, atau turun dibandingkan dengan rata-rata 14 hari sebelumnya yakni sebanyak 11.828 orang/hari. Penurunan ini mengindikasikan bahwa pandemi untuk sesaat cenderung terkendali.

Walaupun melandai, Namun, pelaku pasar masih menunggu sepak terjang yang lebih agresif untuk memastikan bahwa pandemi segera berakhir, dengan melakukan vaksinasi dalam skala luas dan secepatnya.

Bloomberg baru-baru ini memperkirakan Indonesia perlu 10 tahun untuk memvaksinasi seluruh warganya. Di sisi lainnya, China merilis data kurang sedap yakni inflasi Januari yang melemah 0,3% secara tahunan (year-on-year/YoY)

Hal ini mengindikasikan bahwa daya beli masyarakat di Negara Tirai Bambu tersebut kembali tertekan seiring temuan kasus baru virus corona (Covid-19) di China pada akhir Januari 2021 lalu setelah hampir setahun tidak mencetak kasus terjangkit baru dari virus corona.

Walaupun inflasi tahunan China mengalami penurunan, tetapu secara bulanan (month-on-month/MoM), inflasi China naik menjadi 1% pada Januari 2021.

TIM RISET CNBC INDONESIA


(chd/chd)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Aksi Ambil Untung di SBN Mulai Mereda, Harga SBN Menguat Lagi

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular