So Sweet! Investor Lagi Sayang-sayangnya Sama Indonesia...

Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
10 February 2021 09:15
dollar
Ilustrasi Dolar AS (REUTERS/Thomas White)

Selain itu, faktor eksternal juga berperan dalam penguatan rupiah. Sang lawan, dolar AS, kebetulan sedang loyo sehingga tidak sulit ditaklukkan.

Pada pukul 07:39 WIB, Dollar Index (yang mengukur posisi greenback di hadapan enam mata uang utama dunia) melemah 0,53%. Dalam sepekan terakhir, indeks ini sudah terpangkas 0,8%.

Bakal hadirnya stimulus fiskal dalam waktu dekat mengancam posisi dolar AS. Selain akan membuat pasokan dolar AS membludak, stimulus fiskal juga berisiko menyebabkan pembengkakan defisit transaksi berjalan (current account).

Pada kuartal III-2020, defisit transaksi berjalan AS tercatat 3,37% dari PDB. Ini adalah yang terdalam sejak kuartal IV-2008.

Stimulus fiskal akan mendorong dunia usaha dan rumah tangga untuk menggenjot permintaan. Lebih banyak permintaan tentu lebih banyak impor sehingga membebani transaksi berjalan, yang merupakan neraca ekspor-impor barang dan jasa.

Transaksi berjalan adalah fondasi penting bagi nilai tukar mata uang. Jika defisit, maka pasokan valas dari ekspor-impor barang dan jasa (yang berorientasi jangka panjang) sedang seret sehingga mata uag bergantung kepada aliran modal di sektor keuangan alias hot money. 'Uang panas' ini gampang keluar-masuk sehingga membuat nilai tukar mata uang menjadi tidak stabil.

"Investor cemas bahwa stimulus fiskal AS akan menmperdalam defisit transaksi berjalan. Jadi dalam jangka panjang, ada ketidakseimbangan struktural yang membuat dolar AS berisiko dalam tren melemah," kata Shaun Osborne, Chief FX Strategist di Scotiabank yang berkedudukan di Toronto (Kanada), sebagaimana diwartakan Reuters.

Situasi ini berpotensi membuat rupiah kembali di atas angin.Mata uang Ibu Pertiwi masih punya ruang untuk kembali menguat.

TIM RISET CNBC INDONESIA

(aji/aji)

Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular