
Masa Depan Dolar AS Masih Suram, Rupiah Bakal Melaju Kencang?

Jakarta, CNBC Indonesia - Dolar Amerika Serikat (AS) kembali tertekan, dan prediksi masa suram raja mata uang dunia ini masih belum berakhir.
Melansir data Refinitiv, pada 5 Januari lalu indeks dolar AS (DXY) menyentuh level terendah nyaris 3 tahun di 89,209. Setelahnya, DXY perlahan bangkit dan menyentuh 91,602 pada pekan lalu, yang merupakan level tertinggi sejak 1 Desember. Secara persentase, dari 5 Januari hingga pekan lalu, indeks dolar AS sudah menguat 2,68%.
Sementara pada hari ini, Selasa (9/2/2021) melemah 0,35% ke 90,614. Sejak menyentuh level tertinggi 2 bulan pada pekan lalu, indeks yang mengukur kekuatan dolar AS ini malah merosot 3 hari beruntun dengan total 1%.
Pelemahan DXY tersebut sebenarnya sudah diprediksi sejak lama. Bahkan survei terbaru menunjukkan semakin banyak para analis yang memprediksi dolar AS akan melemah.
Reuters melakukan survei pada 1-4 Februari lalu, dari 73 analis sebanyak 63 atau 83% melihat dolar AS masih akan berada di level saat ini atau semakin lemah dalam 3 bulan ke depan. Hanya 10 orang yang memprediksi the greenback akan menguat.
"Masih banyak ruang penurunan bagi dolar AS, dan perspektif jangka panjang kami dolar AS masih akan melemah, bukan menguat," kata Steve Englander, kepala riset mata uang G10 di Standard Chartered, sebagaimana dilansir Reuters, Jumat (5/2/2021).
Reuters juga melaporkan, para spekulator mata uang masih mengambil posisi jual (short) dolar AS yang besar meski terjadi pengurangan yang sangat signifikan pada pekan lalu.
Berdasarkan data dari Commodity Futures Trading Commission (CTFC) posisi short dolar AS pada pekan yang berakhir 2 Februari tercatat sebesar US$ 27,95 miliar, turun tajam dari pekan sebelumnya US$ 33,81 miliar.
"Posisi net short saat ini berada di level ekstrim, membuat dolar AS sulit untuk bangkit dari level saat ini. Kami juga melihat sangat sedikit alasan yang bisa membuat dolar AS berbalik menguat dalam beberapa pekan ke depan," kata David Alexander Meier, ekonom di Julius Baer, sebagaimana dilansir Reuters.
Reuters juga melakukan survei mengenai posisi dolar AS di akhir Februari. Hasilnya, sebanyak 44% melihat posisi net short akan berkurang, 38% melihat masih tetap di level saat ini, 14% memprediksi net short akan bertambah, dan hanya 4% yang melihat akan terjadi perubahan menjadi net long.
![]() |
Dari hasil survei tersebut terlihat, di bulan Februari, nasib dolar AS belum akan berubah. Sebab 38% memprediksi posisi net short tidak berubah, dan 14% melihat akan terjadi penambahan.
Sementara itu, untuk kinerja dolar AS melawan mata uang utama, sebanyak 48% memprediksi tetap berada di kisaran saat ini, 38% akan mengalami pelemahan, dan hanya 14% yang melihat the greenback akan menguat.
Kinerja dolar AS bahkan diramal lebih buruk berhadapan dengan mata uang emerging market. Sebanyak 44% memprediksi dolar AS akan melemah, 43% tetap di level saat ini, dan hanya 13% yang memperkirakan terjadi penguatan.
HALAMAN SELANJUTNYA >>> Rupiah Akan Menguat Tajam?