
Angin Berpihak ke Rupiah, Ayo ke Bawah Rp 14.000/US$!

Selain itu, investor juga sepertinya menyambut gembira perkembangan positif soal pandemi virus corona. Di beberapa negara, ada tanda serangan virus corona mulai mereda.
Di Jepang, misalnya, tes acak terhadap warga ibu kota Tokyo menunjukkan 0,91% responden telah memiliki antibodi untuk menangkal virus corona. Naik dibandingkan tes yang dilakukan pada Juni 2020 yaitu 0,1%.
Dalam beberapa hari terakhir, kasus corona di Negeri Matahari Terbit terpantau melandai. Per 6 Februari 2021, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) melaporkan jumlah pasien positif corona di Jepang adalah 401.355 orang. Bertambah 2.307 orang (0.56%) dibandingkan sehari sebelumnya.
Selama 14 hari terakhir (24 Januari-6 Februari 2021), rata-rata pasien positif bertambah 3.234 orang per hari. Jauh menurun dibandingkan rerata 14 hari sebelumnya yaitu 5.923 orang.
Situasi serupa terjadi di Australia. Mulai akhir pekan lalu, Kota Perth dan sekitarnya mulai membuka kembali 'keran' aktivitas dan mobilitas penduduk.
"Saya sangat lega kita bisa mencapai titik ini. Sekarang kita bisa memulai lagi bisnis dan ekonomi dengan penuh rasa percaya diri," tegas Mark McGowan, Menteri Australia Bagian Barat, seperti dilansir Reuters.
Seperti halnya di Jepang, kurva kasus corona di Negeri Kanguru pun melandai. WHO mencatat jumlah pasien positif corona di Australia per 6 Februari 2021 adalah 28.842 orang. Bertambah empat orang (0,01%) dibandingkan sehari sebelumnya.
Dalam 14 hari terakhir, rata-rata pasien positif bertambah enam orang setiap harinya. Lebih sedikit ketimbang rerata 14 hari sebelumnya yakni 13 orang per hari.
"Saat ini, sulit untuk berusaha pesimistis. Stimulus fiskal AS segera bergulir, vaksinasi terus berjalan, dan kasus corona melandai," ujar Tom Hayes, Chairman Great Hill Capital LLC yang berkedudukan di New York, sebagaimana dikutip dari Reuters.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(aji/aji)
