Angin Berpihak ke Rupiah, Ayo ke Bawah Rp 14.000/US$!

Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
08 February 2021 09:15
ilustrasi uang
Ilustrasi Rupiah (CNBC Indonesia/ Andrean Kristianto)

Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) bergerak menguat di perdagangan pasar spot pagi ini. Prospek perbaikan ekonomi seiring melandainya pandemi virus corona (Coronavirus Disease-2019/Covid-19) membuat investor bersemangat dan siap memburu aset-aset berisiko.

Pada Senin (8/2/2021), US$ 1 setara dengan Rp 14.000 kala pembukaan perdagangan pasar spot. Rupiah menguat 0,14% dibandingkan posisi penutupan perdagangan akhir pekan lalu. Jika rupiah terus menguat, maka level di bawah Rp 14.000/US$ bukan pepesan kosong.

Sepanjang pekan kemarin, rupiah stagnan saja di hadapan dolar AS. Mengawali pekan di Rp 14.020/US$, mata uang Tanah Air berakhir di posisi serupa pada akhir pekan.

Namun awal pekan ini rupiah seakan ingin balas dendam. Kesempatan itu datang karena investor sepertinya sedang mengambil untung di dolar AS.

Setelah menguat 1,02% dalam sebulan terakhir, Dollar Index (yang menggambarkan posisi greenback di hadapan enam mata uang utama dunia) terkoreksi 0,2% pada pukul 07:39 WIB. Kemungkinan investor sedang ramai-ramai menjual dolar AS karena mata uang Negeri Paman Sam sudah 'mahal'. Iming-iming cuan gede membuat investor melepas dolar AS sehingga nilai tukarnya melemah.

Selain itu, investor juga sepertinya menyambut gembira perkembangan positif soal pandemi virus corona. Di beberapa negara, ada tanda serangan virus corona mulai mereda.

Di Jepang, misalnya, tes acak terhadap warga ibu kota Tokyo menunjukkan 0,91% responden telah memiliki antibodi untuk menangkal virus corona. Naik dibandingkan tes yang dilakukan pada Juni 2020 yaitu 0,1%.

Dalam beberapa hari terakhir, kasus corona di Negeri Matahari Terbit terpantau melandai. Per 6 Februari 2021, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) melaporkan jumlah pasien positif corona di Jepang adalah 401.355 orang. Bertambah 2.307 orang (0.56%) dibandingkan sehari sebelumnya.

Selama 14 hari terakhir (24 Januari-6 Februari 2021), rata-rata pasien positif bertambah 3.234 orang per hari. Jauh menurun dibandingkan rerata 14 hari sebelumnya yaitu 5.923 orang.

Situasi serupa terjadi di Australia. Mulai akhir pekan lalu, Kota Perth dan sekitarnya mulai membuka kembali 'keran' aktivitas dan mobilitas penduduk.

"Saya sangat lega kita bisa mencapai titik ini. Sekarang kita bisa memulai lagi bisnis dan ekonomi dengan penuh rasa percaya diri," tegas Mark McGowan, Menteri Australia Bagian Barat, seperti dilansir Reuters.

Seperti halnya di Jepang, kurva kasus corona di Negeri Kanguru pun melandai. WHO mencatat jumlah pasien positif corona di Australia per 6 Februari 2021 adalah 28.842 orang. Bertambah empat orang (0,01%) dibandingkan sehari sebelumnya.

Dalam 14 hari terakhir, rata-rata pasien positif bertambah enam orang setiap harinya. Lebih sedikit ketimbang rerata 14 hari sebelumnya yakni 13 orang per hari.

"Saat ini, sulit untuk berusaha pesimistis. Stimulus fiskal AS segera bergulir, vaksinasi terus berjalan, dan kasus corona melandai," ujar Tom Hayes, Chairman Great Hill Capital LLC yang berkedudukan di New York, sebagaimana dikutip dari Reuters.

TIM RISET CNBC INDONESIA

Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular