Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar rupiah melemah tipis melawan dolar Amerika Serikat (AS) pada perdagangan Jumat (5/2/2021). Pergerakan rupiah dipengaruhi rilis data ekonomi dari dalam negeri, serta dolar AS yang sedang perkasa.
Melansir data Refinitiv, rupiah membuka perdagangan dengan stagnan di level Rp 14.010/US$. Setelahnya rupiah langsung masuk ke zona merah, melemah hingga 0,21% ke Rp 14.040/US$.
Posisi rupiah sedikit membaik, di penutupan perdagangan berada di level Rp 14.020/US$, melemah 0,07% di pasar spot.
Tidak hanya rupiah, mayoritas mata uang utama Asia juga melemah melawan dolar AS pada hari ini. Hingga pukul 15:02 WIB, hanya rupee India dan yen Jepang yang menguat, itu pun hanya 0,03% dan 0,06%.
Berikut pergerakan dolar AS melawan mata uang utama Asia.
Mayoritas mata uang utama Asia yang melemah menunjukkan dolar AS sedang perkasa.
Penguatan dolar AS belakangan ini dipicu oleh bagusnya data tenaga kerja Negeri Paman Sam yang membuat pelaku pasar melakukan aksi short covering (menutup posisi jual dolar AS), sehingga the greenback terus menguat.
"Ekonomi AS relatif lebih kuat dibandingkan negara lainnya, sehingga memicu aksi short covering dolar AS," kata Tohru Sasaki, kepala riset pasar Jepang J.P. Morgan, sebagaimana dilansir CNBC International, Jumat (5/2/2021).
Indeks dolar AS kemarin melesat 0,4% ke 91,529 yang merupakan level tertinggi sejak awal Desember. Sementara sore ini terkoreksi 0,11%.
HALAMAN SELANJUTNYA >>> Data Ekonomi Indonesia Cukup Bagus
Badan Pusat Statstik (BPS) melaporkan angka pertumbuhan ekonomi Indonesia pada 2020. Seperti ekspektasi, ekonomi Tanah Air tumbuh negatif alias terkontraksi.
Kepala BPS Suhariyanto melaporkan Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia tahun lalu tumbuh -2,07%. Jauh memburuk ketimbang 2019 yang tumbuh 5,02%.
Rilis tersebut sedikit lebih baik dari konsensus pasar yang dihimpun CNBC Indonesia memperkirakan pertumbuhan ekonomi sepanjang 2020 di -2,1%.
Kali terakhir Indonesia mengalami kontraksi ekonomi adalah pada 1998. Kala itu, Indonesia bergumul dengan krisis multi-dimensi yang sampai menyebabkan rezim Orde Baru terguling setelah berkuasa lebih dari tiga dekade.
Sementara itu pada PDB kuartal IV-2020 dilaporkan mengalami kontraksi 2,19% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya (year-on-year/YoY).
Dengan demikian, perekonomian Indonesia mengalami kontraksi dalam 3 kuartal beruntun, artinya belum mampu lepas dari resesi.
Meski demikian, rilis data PDB tersebut tidak membuat gejolak pada pergerakan rupiah. Sebab, pelaku pasar sudah mengantisipasi dan maklum akan kontraksi yang dialami Indonesia. Tidak hanya Indonesia, nyaris semua negara di dunia ini mengalami kontraksi ekonomi akibat pandemi penyakit virus corona (Covid-19).
Yang paling penting bagi pelaku pasar adalah respon pemerintah untuk membangkitkan perekonomian, serta bagaimana pemulihan ekonomi berjalan, cepat atau lambat.
Sementara itu, cadangan devisa (Cadev) Indonesia meroket di awal tahun 2021, hingga mencatat rekor tertinggi sepanjang sejarah. Bank Indonesia (BI) hari ini merilis data Cadev bulan Januari 2021 sebesar US$ 138 miliar naik US$ 2,1 miliar dari posisi Desember 2020.
"Posisi cadangan devisa Indonesia pada akhir Januari 2021 sebesar 138,0 miliar dolar AS, meningkat dari posisi pada akhir Desember 2020 sebesar 135,9 miliar dolar AS."
"Posisi cadangan devisa tersebut setara dengan pembiayaan 10,5 bulan impor atau 10,0 bulan impor dan pembayaran utang luar negeri Pemerintah, serta berada di atas standar kecukupan internasional sekitar 3 bulan impor. Bank Indonesia menilai cadangan devisa tersebut mampu mendukung ketahanan sektor eksternal serta menjaga stabilitas makroekonomi dan sistem keuangan," tulis BI dalam keterangan pers, Jumat (5/2/2021).
"Peningkatan posisi cadangan devisa pada Januari 2021 terutama dipengaruhi oleh penerbitan global bonds pemerintah dan penerimaan pajak. Ke depan, Bank Indonesia memandang cadangan devisa tetap memadai, didukung oleh stabilitas dan prospek ekonomi yang terjaga, seiring dengan berbagai respons kebijakan dalam mendorong pemulihan ekonomi," tambah keterangan tersebut.
Rekor tertinggi cadangan devisa Indonesia sebelumnya US$ 137 miliar yang dicapai pada bulan Agustus 2020 lalu. Setelahnya Cadev mengalami penurunan dalam 3 bulan beruntun, sebelum kembali naik di bulan Desember 2020, dan meroket di awal tahun ini.
Cadangan devisa yang tinggi membuat BI memiliki lebih banyak amunisi untuk menstabilkan rupiah ketika mengalami gejolak.
TIM RISET CNBC INDONESIA