
Volatilitas Bursa Mereda, Harga SBN Ditutup Melemah

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga obligasi pemerintah atau Surat Berharga Negara (SBN) pada perdagangan Kamis (4/2/2021) ditutup beragam dengan mayoritas melemah, seiring mulai membaiknya gejolak pasar saham di global dan dalam negeri.
Investor tampaknya sudah mulai melepas SBN pada hari ini, walaupun di beberapa tenor, SBN masih diincar oleh investor. SBN tersebut yakni SBN berseri FR0061 dengan tenor 1 tahun, SBN seri FR0039 dengan jatuh tempo 3 tahun dan SBN seri FR0067 berjatuh tempo 25 tahun.
Dari imbal hasilnya (yield), mayoritas mengalami kenaikan yield, kecuali SBN seri FR0061 yang turun 4,9 basis poin (bps) ke level 4,08%, SBN berseri FR0039 yang juga turun 2,2 bps ke 4,69%, dan SBN seri FR0067 turun 2 bps ke 7,26%. Sementara itu, yield SBN berseri FR0082 bertenor 10 tahun yang merupakan acuan obligasi naik 1,9 bps ke 6,19%.
Yield berlawanan arah dari harga, sehingga kenaikan yield menunjukkan harga obligasi yang sedang melemah. Demikian juga sebaliknya. Satuan penghitungan basis poin setara dengan 1/100 dari 1%.
Volatilitas pasar saham dalam negeri yang sudah mereda membuat investor kembali berinvestasi di pasar saham yang merupakan aset berisiko.
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada hari ini ditutup menguat 0,48% ke level 6.107,21, setelah investor asing kembali masuk dengan pembelian bersih (net buy) Rp 495 miliar di pasar reguler. IHSG mampu bertahan di tengah pelemahan bursa regional (Asia) pada hari ini.
Selain itu, data lapangan pekerjaan Amerika Serikat (AS) yang menunjukkan angka positif juga menjadi penyebab harga SBN berbalik melemah.
ADP menunjukkan ada 174.000 lapangan kerja baru di sektor swasta pada Januari, berbalik dari posisi Desember tatkala 123.000 lapangan kerja hilang. Konsensus ekonom dalam polling Dow Jones semula hanya memperkirakan angka 50.000.
"Di bawah permukaan, ada momentum serius pembalikan ekonomi... jika dikaitkan antara kuatnya rilis laba raksasa teknologi pekan ini dengan program vaksin yang kuat dan penurunan kasus Covid di AS, ada gambaran positif yang terlihat," tutur Mike Loewengart, Direktur Pelaksana Strategi Investasi E-Trade Financial, sebagaimana dikutip CNBC International.
Investor juga terus memantau negosiasi paket stimulus di Washington. Presiden AS Joe Biden bertemu dengan 10 senator dari Partai Republik untuk membahas paket stimulus yang lebih ramping ketimbang usulan Biden sebesar US$ 1,9 triliun.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(chd/chd)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Aksi Ambil Untung di SBN Mulai Mereda, Harga SBN Menguat Lagi