Yeay, Rupiah Sudah di Bawah Rp 14.000/US$!

Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
04 February 2021 09:15
valas
Ilustrasi Rupiah (CNBC Indonesia/ Andrean Kristianto)

Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) bergerak menguat di perdagangan pasar spot pagi ini. Munculnya pertanda kebangkitan ekonomi membuat pelaku pasar kembali optimistis menatap masa depan.

Pada Kamis (4/2/2021) pukul 09:03 WIB, US$ 1 setara dengan Rp 13.995. Rupiah menguat 0,04% dibandingkan posisi penutupan perdagangan hari sebelumnya.

Kemarin, rupiah menutup pasar spot dengan apresiasi 0,14% di hadapan dolar AS. Meski rupiah berjaya, tetapi dolar AS belum bisa dilengserkan ke bawah Rp 14.000.

Namun pagi ini ceritanya lain. Rupiah sudah ngegas sehingga walau masih pagi tetapi dolar AS kini sudah berada di kisaran Rp 13.000-an.

Sentimen eksternal tengah berpihak kepada rupiah. Investor sedang berkenan mengoleksi aset-aset berisiko, ini terlihat dari perkembangan di bursa saham New York.

Dini hari tadi waktu Indonesia, indeks Dow Jones Industrial Average (DJIA) ditutup menguat 0,12, S&P 500 naik 0,1%, dan Nasdaq Composite bertambah 0,02%. Penguatan Wall Street sudah terjadi dalam tiga hari berturut-turut.

Investor lega karena ada pertanda ekonomi mulai bangkit setelah terpukul hebat oleh pandemi virus corona (Coronavirus Disease-2019/Covid-19). Kebangkitan ini dicerminkan oleh data ketenagakerjaan AS.

ADP-Moody's Analytics dalam survei bulanannya memperkirakan ekonomi Negeri Paman Sam pada Januari 2021 menciptakan 174.000 lapangan kerja, lebih tinggi ketimbang konsensus yang dihimpun Reuters dengan proyeksi 50.000. Angka-angka ini jauh membaik ketimbang bulan sebelumnya yang berkurang 140.000.

"Pemulihan di pasar tenaga kerja terus berlangsung, meski mungkin lajunya lambat," ujar Rubeela Farooqi, Kepala Ekonom High Frequency Economics yang berbasis di New York, seperti dikutip dari Reuters.

Saat semakin banyak lapangan kerja tercipta, maka semakin banyak orang yang mendapat penghasilan. Ketika semakin banyak yang punya penghasilan, maka kosumsi rumah tangga bakal meningkat. Konsumsi rumah tangga adalah tulang punggung ekonomi Negeri Adidaya dengan sumbangan terhadap pembentukan Produk Domestik Bruto (PDB) mencapai lebih dari 60%.

Jika konsumsi rakyat AS naik, maka dampaknya akan dirasakan oleh seluruh negara. Sebab, AS adalah negara konsumen terbesar di dunia. Saat permintaan di AS naik, maka ekspor negara-nagara lain akan ikut terdongkrak, tidak terkecuali Indonesia.

Saat perdagangan internasional kembali semarak, maka yakinlah ekonomi tengah menuju jalan ninja, eh jalan kebangkitan. Jika perbaikan ini bisa dipertahankan bahkan ditingkatkan, maka ekonomi akan kembali ke masa pra-pandemi dalam waktu yang tidak terlampau lama.

Harapan ini yang membuat investor semringah. Perasaan ini kemudian diejawantahkan dalam bentuk sikap abai terhadap risiko (risk-off).

Tingginya minat terhadap aset-aset berisiko mendorong minat pelaku pasar untuk masuk ke pasar keuangan negara-negara berkembang Asia, termasuk Indonesia. Akibatnya, rupiah melanjutkan keperkasaan dengan berhasil mendongkel dolar AS ke bawah Rp 14.000.

TIM RISET CNBC INDONESIA

Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular