Pasar Saham RI Masih Volatil, SBN Terus Diburu Investor

Chandra Dwi Pranata, CNBC Indonesia
02 February 2021 17:59
harga obligasi
Foto: CNBC Indonesia

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga obligasi pemerintah atau Surat Berharga Negara (SBN) pada perdagangan Selasa (2/2/2021) melanjutkan penguatan, di tengah masih volatilnya pasar saham dalam negeri hari ini.

Mayoritas SBN hari ini kembali ramai dikoleksi oleh investor, dilihat dari imbal hasilnya (yield) yang kembali mengalami penurunan. Hanya SBN berseri FR0067 dengan tenor 25 tahun yang cenderung stagnan di level 7,28%

Sementara itu, yield SBN berseri FR0082 dengan jatuh tempo 10 tahun yang merupakan yield acuan obligasi negara turun 7,9 basis poin (bps) ke 6,19%. Yield berlawanan arah dari harga, sehingga penurunan yield menunjukkan harga obligasi yang sedang naik. Demikian juga sebaliknya. Satuan penghitungan basis poin setara dengan 1/100 dari 1%.

Harga SBN kembali menguat pada hari ini di tengah volatilitas yang masih cukup tinggi di pasar saham Tanah Air di mana pada hari ini, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) melemah 0,39% di level 6.043,84.

Meski bursa saham Amerika Serikat (AS), Wall Street berhasil menguat pada Senin (1/2/2021) kemarin, tetapi hal itu masih belum cukup untuk meyakinkan pelaku pasar apakah penguatan tersebut mampu dipertahankan. Apalagi salah satu pemicu gejolak yang terjadi adalah aksi spekulasi investor ritel.

Bursa saham AS (Wall Street) pada pekan lalu menjadi kinerja terburuk sejak Oktober 2020 lalu. Ketika kiblat bursa saham dunia tersebut rontok, bursa saham lainnya tentu akan mengekor, termasuk Indonesia.

Adapun sentimen lainnya yang membuat obligasi pemerintah masih diburu investor adalah masih tidak pastinya prospek stimulus fiskal AS, di mana kesepuluh anggota Senat dari Partai Republik mengirimkan surat ke Presiden AS Joe Biden untuk menurunkan nilai stimulus yang diajukannya (US$ 1,9 miliar), dengan mengajukan proposal tandingan.

Proposal tersebut bakal memangkas nilai bantuan langsung tunai (BLT) ke warga AS dari US$ 1.400 per orang menjadi US$ 1.000/orang. Selain itu, bakal ada pembatasan maksimum pendapatan bagi penerimanya, yakni harus di bawah US$ 40.000 (Rp 561 juta) per tahun.

Manuver itu muncul setelah Ketua DPR Nancy Pelosi mengatakan bahwa pihaknya akan meloloskan resolusi anggaran, menjadi langkah pertama untuk mengesahkan proposal stimulus US$ 1,9 triliun tanpa harus mendapat persetujuan dari anggota Senat dari Partai Republik.

TIM RISET CNBC INDONESIA


(chd/chd)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Aksi Ambil Untung di SBN Mulai Mereda, Harga SBN Menguat Lagi

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular