BP Catatkan Rugi US$ 5,7 Miliar di Tahun 'Brutal' 2020

Wilda Asmarini, CNBC Indonesia
02 February 2021 15:58
The logo of BP is seen at a petrol station in Kloten, Switzerland October 3, 2017. REUTERS/Arnd Wiegmann/File Photo/File Photo
Foto: REUTERS/Arnd Wiegmann

Jakarta, CNBC Indonesia - Raksasa energi BP pada hari ini, Selasa (02/02/2021) melaporkan kerugian bersih yang lebih besar dibandingkan perkiraan setelah terjadinya "kekacauan" pada tahun lalu ketika industri minyak dan gas dunia menghadapi kondisi buruk.

Perusahaan minyak dan gas yang berbasis di Inggris ini membukukan rugi bersih sebesar US$ 5,7 miliar selama 2020, anjlok signifikan dibandingkan dengan capaian laba bersih sebesar US$ 10 miliar pada 2019, seperti dikutip dari CNBC International, Selasa (02/02/2021).

Analis yang disurvei oleh Refinitiv memperkirakan kerugian bersih setahun penuh sebesar US$ 4,8 miliar. Ini berarti realisasi kerugiannya jauh lebih besar dari yang diperkirakan.

Namun pada kuartal keempat, BP membukukan laba bersih sebesar US$ 115 juta, meleset dari ekspektasi analis sebesar US$ 285,5 juta.

BP mengatakan kerugian selama setahun penuh ini didorong oleh turunnya harga minyak dan gas, pengurangan kegiatan eksplorasi yang signifikan, dan tekanan pada margin kilang, serta menurunnya permintaan. Ia memberikan peringatan bahwa pandemi virus corona yang sedang berlangsung akan terus memengaruhi kinerjanya.

"Tahun 2020 akan selamanya dikenang karena rasa sakit dan kesedihan yang disebabkan oleh Covid-19. Banyak nyawa hilang - mata pencaharian hancur. Sektor kami juga terpukul keras. Perjalanan darat dan udara turun, begitu juga permintaan minyak, harga dan margin," kata Bernard Looney, CEO BP, dalam sebuah pernyataan, dikutip dari CNBC International, Selasa (02/02/2021).

Angka terbaru BP datang saat perusahaan energi berusaha membuktikan kepada investor bahwa mereka telah mendapatkan pijakan yang lebih stabil pada harga komoditas yang lebih kuat.

Industri minyak dan gas mengalami krisis tahun lalu, karena pandemi Covid-19 bertepatan dengan guncangan permintaan, penurunan harga komoditas, menguapnya keuntungan, penurunan nilai yang belum pernah terjadi sebelumnya, dan puluhan ribu PHK.

Kemungkinan besar tahun 2020 ini akan dikenal sebagai tahun terburuk dalam sejarah pasar minyak, kata kepala Badan Energi Internasional (International Energy Agency) sebelumnya.

Perusahaan minyak dan gas terbesar di dunia sekarang berusaha untuk melupakannya, dengan merujuk pada prospek pertumbuhan ekonomi pada 2021 dan harapan untuk pemulihan permintaan bahan bakar dalam beberapa bulan mendatang.

Looney menggambarkan tahun 2020 sebagai "tahun penting" bagi perusahaan dan "tahun terberat dalam kariernya".

"Kami meluncurkan ambisi nol (emisi), menetapkan strategi baru untuk menjadi perusahaan energi terintegrasi dan menciptakan bisnis pembangkit listrik tenaga angin di lepas pantai di AS. Kami mulai menciptakan kembali BP - dengan hampir 10 ribu orang meninggalkan perusahaan," kata Looney.

"Saya menghargai komitmen tim kami untuk memberikan energi yang dibutuhkan dunia dan berterima kasih atas dukungan yang kami terima dari investor dan komunitas tempat kami bekerja. Kami mengharapkan hari-hari yang jauh lebih baik untuk kami semua di tahun 2021," tambahnya.

Saham BP naik lebih dari 6% year-to-date, setelah merosot hampir 46% pada tahun lalu.


(wia)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Gegara Covid-19, Raksasa Minyak BP Cetak Rugi Rp 6,5 Triliun!

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular