Pasar Volatil, Bos OJK: Jangan Terbawa Analisis Teknikal!

Cantika Adinda Putri, CNBC Indonesia
01 February 2021 19:15
Ketua Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Wimboh Santoso saat konferensi pers Komite Stabilitas Sistem Keuangan. (tangkapan Layar Youtube Kemenkeu RI)
Foto: Ketua Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Wimboh Santoso saat konferensi pers Komite Stabilitas Sistem Keuangan. (tangkapan Layar Youtube Kemenkeu RI)

Jakarta, CNBC Indonesia - Ketua Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Wimboh Santoso mengatakan para investor perlu memperhatikan analisis fundamental untuk melihat pergerakan pasar, mengingat produk pasar modal itu punya sifat yang sangat volatil.

Dia mengatakan saat ini permintaan cukup tinggi dari sisi demand, sementara itu secara suplai harus diimbangi dengan adanya edukasi dan sosialisasi produk pasar modal bagi masyarakat.

"Karena demand masyarakat tinggi, [perlu] balance dengan supply dan edukasi ke masyarakat agar bisa memahami produk-produk di pasar modal ini, sifatnya bisa volatil dan analisis fundamental perlu tahu, jangan terbawa dengan analisis teknikal yang sewaktu-waktu bisa terkoreksi," kata Wimboh, dalam pertemuan KSSK (Komite Stabilitas Sistem Keuangan), di Jakarta, Senin (1/2/2021).

"Apabila terkoreksi [pasar], menimbulkan permasalahan di masyarakat [jika tak diimbangi dengan penjelasan fundamental]," kata Wimboh.

Dia mengatakan, banyak masyarakat tertarik untuk investasi di pasar modal, karena ruang konsumsi belum pulih seperti semula, sehingga pendapatan dari pasar modal ini menjadi satu kesempatan yang baik.

"Sehingga banyak investor ritel dengan didukung teknologi maju bisa akses pasar modal," katanya.

Wimboh juga mengatakan, pihaknya juga melakukan edukasi mekanisme transaksi di pasar modal dan mengajak para SRO (self regulatory organization) yakni Bursa Efek Indonesia, Kliring Penjaminan Efek Indonesia dan Kustodian Sentral Efek Indonesia, serta pelaku pasar modal untuk melakukan edukasi bersama masyarakat.

"Ini mendorong supply [produk pasar modal] yang cukup" katanya.

Urun Dana

Di sisi lain, Wimboh mengatakan, saat ini jumlah investor ritel sudah hampir mencapai 4 juta di masa pandemi 2020.

"Kami ingin menjaga dan tetap balance agar supply dan demand yang tinggi bisa balance. Supply [produk pasar modal] kita percepat, dan kita keluarkan securities crowdfunding untuk milenial rekanan, bisa mengeluarkan surat utang melalui efek. potensinya Rp 74 triliun untuk seluruh Indonesia," jelasnya.

Sebagai informasi, OJK membuka peluang perizinan terkait dengan layanan urun dana berbasis efek alias securities crowdfunding (SCF).

OJK telah memperbarui peraturan equity crowdfunding yang hanya berbasis saham menjadi securities crowdfunding yang dituangkan dalam Peraturan OJK atau POJK 57/POJK.04/2020 tentang Penawaran Efek Melalui Layanan Urun Dana Berbasis Teknologi Informasi.

Melalui peraturan yang baru ini, instrumen yang diterbitkan jika sebelumnya hanya berbentuk saham, kini diperluas menjadi efek bersifat surat utang dan sukuk (EBUS).

Adanya SCF ini bisa menjadi peluang bagi sektor UMKM, terutama yang masih belum bankable untuk bisa melakukan penggalangan dana di pasar modal dengan mengandalkan jaminan dari proyek pemerintah yang bersifat aman (secure), sehingga bisa melakukan penggalangan di pasar modal dengan dana yang lebih kecil.


(tas/tas)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article IHSG Rebound Cepat, Ini Jurus Bos OJK di 2020 Kemarin

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular