
Sektor Farmasi, Mulai Rebound tapi 2 Saham Masih Betah ARB

Jakarta, CNBC Indonesia - Pergerakan saham farmasi di awal Februari yang jatuh pada hari Senin (1/2/2021) ini mulai kembali pulih ditandai dengan rebound beberapa saham farmasi. Pada penutupan sesi I hari ini, setidaknya ada 4 dari 7 saham farmasi dan pendukungnya berhasil berbalik arah pada hari ini.
Simak pergerakan harga saham emiten farmasi pada penutupan sesi I hari ini.
Terpantau 4 dari 7 emiten pertambangan nikel pagi ini ditransaksikan di zona hijau pada penutupan sesi pertama hari ini.
Saham PT Pyridam Farma Tbk (PYFA) menjadi saham emiten farmasi yang menduduki posisi pertama pada penguatan saham farmasi hari ini, yakni menguat 4,37% ke posisi Rp 955/unit.
Nilai transaksi saham PYFA pada perdagangan sesi pertama hari ini mencapai Rp 2,2 miliar dengan volume transaksi mencapai 2,3 miliar lembar saham. Investor asing pun melakukan aksi beli bersih (net buy) di pasar reguler sebesar Rp 283,96 juta.
Berikutnya di posisi kedua ada saham PT Kalbe Farma Tbk (KLBF) yang tumbuh 2,05% ke Rp 1.495/unit pada penutupan sesi pertama hari ini
Adapun nilai transaksi saham KLBF mencapai Rp 66 miliar dengan volume transaksi mencapai 45,3 miliar lembar saham. Asing juga melakukan net buy di saham KLBF melalui pasar reguler sebesar Rp 291,64 juta.
Namun, untuk saham anak usaha PT Bio Farma (Persero) masih terkoreksi hingga hari ini. Salah satu anak usaha Bio Farma tersebut bahkan masih menyentuh level auto rejection bawah pada penutupan sesi I hari ini.
Saham PT Kimia Farma Tbk (KAEF) masih terkoreksi cukup dalam pada penutupan sesi pertama hari ini, yakni terkoreksi 3,85% ke posisi Rp 3.000/unit.
Nilai transaksi saham KAEF mencapai Rp 92,5 miliar dengan volume transaksi mencapai 31,3 miliar lembar saham. Asing juga melakukan net buy di saham KAEF melalui pasar reguler sebesar Rp 3,3 miliar.
Namun, nasib sial masih dialami oleh saham PT Indofarma Tbk (INAF) di mana pada penutupan sesi pertama hari ini, saham INAF terkoreksi hingga masih menyentuh level ARB-nya, yakni ambles 6,67% ke Rp 2.800/unit.
Hal sama juga masih terjadi di saham penyedia jarum suntik, yakni PT Itama Ranoraya Tbk (IRRA) yang ambrol hingga 6,91% ke Rp 1.685/unit dan masih menyentuh level ARB-nya pada hari ini.
Pagi tadi, IHSG dibuka melemah 0,17% ke level 5.852,43. Selang 10 menit, IHSG malah ambles 2,04% ke level 5.742,81 sebelum kemudian berupaya berbalik menguat. Volatilitas yang tinggi ini mencerminkan kekhawatiran investor akan isu fundamental perekonomian, terkait pandemi.
Namun, kejutan positif datang jelang penutupan siang. IHS Markit melaporkan aktivitas manufaktur Indonesia yang tercermin dari Indeks Manajer Pembelian (Purchasing Managers' Index/ PMI) per Januari 2021 di angka 52,2 atau naik dari bulan sebelumnya yang sebesar 51,3.
Itu merupakan angka yang tertinggi dalam 6,5 tahun terakhir. PMI menggunakan angka 50 sebagai titik awal. Kalau sudah di atas 50, maka artinya dunia usaha sedang memasuki masa ekspansi dan sebaliknya jika di bawah itu maka masih terkontraksi.
Kejutan ini pun membangkitkan optimisme pasar bahwa dampak pandemi terhadap sektor riil semakin berkurang, meski pemerintah masih menerapkan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) di Jawa-Bali hingga 8 Februari mendatang.
(chd/chd)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Ngenes! Saham Farmasi ARB Lagi, Kena Prank Sampe 5 Hari