Bangkit dari Keterpurukan, Yuk Simak 9 Kabar Pasar Ini

Syahrizal Sidik, CNBC Indonesia
01 February 2021 08:36
Ilustrasi Bursa Efek Indonesia (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)
Foto: Ilustrasi Bursa Efek Indonesia (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)

6. Sepanjang 2020, Laba Bank Mega Naik 50% Jadi Rp 3 T

Emiten bank milik Grup CT Corp, PT Bank Mega Tbk (MEGA) membukukan kenaikan laba bersih sebesar 50,2% pada tahun 2020 menjadi Rp 3 triliun dari sebelumnya Rp 2 triliun.

Kenaikan laba bersih ini juga mengerek laba per saham dasar Bank Mega menjadi Rp 432 per saham dari sebelumnya Rp 288 per saham.

Mengacu laporan keuangan yang dipublikasikan perseroan, Jumat (29/1/2020). Kenaikan laba bersih ini disokong oleh pendapatan bunga bersih (net interest income) sebesar Rp 3,91 triliun, naik 9,2% dari sebelumnya Rp 3,58 triliun.

Sepanjang tahun 2020, perseroan telah menyalurkan kredit sebesar Rp 48,48 triliun, terkontraksi 8,54% dari periode tahun sebelumnya sebesar Rp 53,01 triliun. Sementara itu, Dana Pihak Ketiga (DPK) Bank Mega tercatat tumbuh 8,79% menjadi Rp 79,18 triliun dari sebelumnya Rp 72,79 triliun.

7. Laba Capai Rp 18,6 T di 2020, Aset Bank BRI Tembus Rp 1.512 T

PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (BBRI) mencatatkan laba bersih sebesar Rp 18,66 triliun di sepanjang 2020, mengalami penurunan 45,70% dari laba bersih tahun 2019 sebesar Rp 34,37 triliun.

Adapun aset Bank BRI tercatat di atas Rp 1.500 triliun atau tepatnya Rp 1.511,81 triliun di tahun lalu, naik 6,7% dari Desember 2019 sebesar Rp 1.417 triliun. Tahun 2018 aset BRI Rp 1.297 triliun, dan tahun 2017 asetnya Rp 1.127 triliun.

"Aset BRI tumbuh untuk pertama kalinya tembus di atas Rp 1.500 triliun yakni Rp 1.511,81 triliun dan artinya aset tersebut mengalami pertumbuhan positif dan kemudian dijaga dengan sehat kualitasnya dan hasil profit yang sehat pula," kata Sunarso, Direktur Utama Bank BRI, dalam paparan virtual, Jumat (29/1/2021).

Sunarso menjelaskan, dari sisi laba BRI memang mengalami penurunan dari tahun 2019. Ini seiring dengan dampak pandemi Covid-19.

"Laba ini kalau dibanding tahun lalu pasti turun bahkan ada satu bulan kita tidak bukukan laba sama sekali ketika alokasikan resources seluruhnya untuk restrukturisasi melakukan penyelamatan nasabah utama kita yakni UMKM. Alhamdulillah restrukturisasi sudah dilakukan dan tren turun," kata Sunarso.

8. Capex Tambang Bawah Tanah Freeport & Inalum Rp 12,6 T

PT Freeport Indonesia (PTFI) yang saat ini mayoritas sahamnya telah dimiliki oleh PT Inalum (Persero) menganggarkan belanja modal (capital expenditure/capex) senilai US$ 900 juta (Rp 12,6 triliun, asumsi kurs Rp 14.000/US$) per tahun untuk tambang bawah tanahnya hingga 2022 mendatang.

Berdasarkan rilis yang disampaikan Freeport-McMoRan, nilai capex ini merupakan kontribusi dari Inalum. Sedangank sesuai dengan pedoman akuntansi yang berlaku, biaya agregat sebelum kontribusi dari Inalum diharapkan capex senilai US$ 1,1 miliar per tahun pada 2021 dan 2022.

Saat ini PTFI terus meningkatkan kegiatan operasi di tambang bawah tanah tambang Grasberg di Papua ini. Selama beberapa tahun ke depan, tambang ini ditargetkan akan menghasilkan produksi rata-rata 1,55 miliar pon tembaga dan 1,6 juta ons emas.

Sedangkan di tahun ini saja diharapkan produksinya mendekati angka 1,4 miliar pon tembaga dan 1,4 juta ons emas. Angka ini hampir dua kali lipat dari hasil produksi 2020 lalu.

9. Aberdeen Standard Hengkang dari RI, Reksa Dananya Tutup

Salah satu manajer investasi yang dimiliki asing, PT Aberdeen Standard Investments Indonesia bakal hengkang dari pasar keuangan Indonesia. Hal ini merupakan keputusan dari Standard Life Aberdeen (SLA) selaku ultimate beneficial shareholder perusahaan.

Berdasarkan pengumuman yang disampaikan perusahaan, dengan diputuskan untuk keluar dari Indonesia, maka perusahaan juga memutuskan untuk membubarkan reksa dana Aberdeen Standard Indonesia Bond Fund.

"Bahwa SLA sebagai penerima manfaat utama (ultimate beneficial shareholder) dari Manajer Investasi telah memutuskan rencana strategis untuk menutup kegiatan bisnis manajer investasi di Indonesia," tulis pengumuman yang dipublikasikan di media tersebut, dikutip Jumat (29/1/2021).

Terkait dengan hal tersebut, manajemen perusahaan menyebutkan pembubaran reksa dana ini sesuai dengan surat perusahaan No. 47/DIR/ASII/2021 tanggal 28 Januari 2021. Perusahaan juga telah meminta kepada bank kustodian untuk menghentikan perhitungan nilai aktiva bersih (NAB) dari reksa dana tersebut per 28 Januari 2021.

(hps/hps)
[Gambas:Video CNBC]


Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular