Analisis

Belum Ada Tanda Corona Menjinak, Rupiah Bisa Jeblok Pekan Ini

Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
01 February 2021 08:35
Ilustrasi Dollar
Foto: CNBC Indonesia/Muhammad Sabki

Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar rupiah stagnan melawan dolar Amerika Serikat (AS) di Rp 14.020/US$ pada pekan lalu. Tekanan bagi rupiah datang dari dalam negeri, dan masih berisiko membuat rupiah jeblok pekan ini.

Kasus penyakit akibat virus corona (Covid-19) yang masih tinggi membebani meski Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) sudah dilakukan selama 3 pekan membuat sentimen pelaku pasar memburuk, yang menekan rupiah. 

Pada pekan ketiga pelaksanaan PPKM, jumlah pasien positif corona bertambah 89.052 orang, dengan rata-rata pasien positif bertambah 12.712 orang per hari.

Jumlah ini malah naik dibandingkan pekan kedua, di mana jumlah pasien positif corona bertambah 81.333 orang, dengan rata-rata pasien positif bertambah 11.619 orang per hari.

Total jumlah pasien positif corona kini mencapai 1.078.314 orang, dengan nyaris 30.000 orang meninggal dunia, dan 873.221 sembuh. Sehingga total kasus aktif kini mencapai 175.095 orang.

Akibat terus menanjaknya kasus virus corona, rupiah menjadi kurang menarik di mata pelaku pasar. Hal tersebut tercermin yang dilakukan Reuters yang menunjukkan para pelaku pasar masih mengambil posisi beli (long) rupiah tetapi porsinya terus menurun.

Survei yang dilakukan secara 2 mingguan tersebut melihat posisi yang diambil pelaku pasar terhadap 9 mata uang utama Asia melawan dolar AS.

Survei tersebut menggunakan skala -3 sampai 3, angka negatif berarti pelaku pasar mengambil posisi beli (long) mata uang Asia dan jual (short) dolar AS. Semakin mendekati -3 artinya posisi long yang diambil semakin besar.

Sementara angka positif berarti short mata uang Asia dan long dolar AS, dan semakin mendekati angka 3, semakin besar posisi short mata uang Asia.

Hasil survei terbaru yang dirilis hari ini, Kamis (28/1/2021), menunjukkan pelaku pasar mengambil posisi long terhadap rupiah, meski nilainya terus menurun dari survei-survei sebelumnya.

Nilai posisi long untuk rupiah saat ini -0,41%, turun dari hasil survei sebelumnya -0,57%. Bahkan posisi long rupiah sudah menurun dalam 4 survei beruntun.

Berkaca dari survei sepanjang tahun lalu, yang konsisten dengan pergerakan rupiah, maka risiko pelemahan kini semakin meningkat.

Pada awal tahun 2020, rupiah juga menunjukkan kinerja impresif melawan dolar AS, namun di akhir Januari mulai meredup hingga akhirnya terpuruk.

Kala itu, di awal tahun investor dalam survei Reuters mengambil posisi long, yang perlahan terpangkas hingga akhirnya berbalik menjadi short, dan rupiah akhirnya KO.

Sementara itu dari eksternal, sentimen pelaku pasar yang memburuk juga membuat rupiah tertekan, bahkan berpotensi berlanjut di pekan ini.

Memburuknya sentimen pelaku pasar terlihat dari ambrolnya bursa saham global. Bursa saham AS (Wall Street) jeblok pada pekan lalu, hingga membukukan pekan terburuk sejak Oktober 2019.

Di hari Jumat, Wall Street bahkan mengalami aksi jual para, Indeks Dow Jones dan Nasdaq merosot 2%, dan S&P 500 1,93%. Bursa saham Eropa juga mengalami hal yang sama, semua indeks saham utama merosot lebih dari 1,5%.

Secara teknikal, rupiah yang disimbolkan USD/IDR masih tertahan di atas Rp 14.000/US$ meski sempat dijebol pada Kamis (21/1/2021).

Mata Uang Garuda juga masih di bawah rerata pergerakan (moving average/MA) 50 hari atau MA 50 (garis hijau). Sehingga ruang penguatan terbuka cukup besar.

Pada November 2020 lalu terjadi death cross alias perpotongan MA 50 hari, MA 100 hari (MA 100), dan 200 hari (MA 200). Death cross terjadi dimana MA 50 memotong dari atas ke bawah MA 100 dan 200.

Death cross menjadi sinyal suatu aset akan berlanjut turun. Dalam hal ini USD/IDR, artinya rupiah berpotensi menguat lebih jauh.

idrFoto: Rupiah (USD/IDR)
Foto: Refinitiv

Sementara itu, indikator stochastic bergerak mendatar dan cukup jauh dari wilayah jenuh jual (oversold) atau pun jenuh beli (overbought).

Stochastic merupakan leading indicator, atau indikator yang mengawali pergerakan harga. Ketika Stochastic mencapai wilayah overbought (di atas 80) atau oversold (di bawah 20), maka suatu harga suatu instrumen berpeluang berbalik arah.

Support terdekat masih di level psikologis Rp 14.000/US$, selama tertahan di atasnya rupiah berisiko melemah ke Rp 14.080 sampai 14.100/US$ yang merupakan resisten terdekat di pekan ini, dan berada di kisaran MA 50.

Jika resisten tersebut ditembus dan tertahan di atasnya, rupiah berisiko melemah ke 14.165/US$, sebelum menuju Rp 14.200 hingga Rp 14.260/US$ di pekan ini.

Sementara jika level psikologis ditembus, rupiah menguat ke Rp 13.970/US$. Kemampuan melewati level tersebut akan membawa rupiah menguat ke Rp Rp 13.940 hingga Rp 13.900/US$

Peluang penguatan lebih jauh di pekan ini akan terbuka cukup lebar jika rupiah mampu mengakhiri perdagangan di bawah level Rp 13.900/US$.

TIM RISET CNBC INDONESIA


(pap/pap)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article The Fed Tetap Tegas, Rupiah Tetap Liar!

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular