Lawan Mata Uang Asia-Eropa, Rupiah Nggak Jelek-jelek Amat Lho

Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
31 January 2021 10:34
Penukaran Uang Kusam
Ilustrasi Rupiah (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)

Arus modal asing masih mengalir deras ke pasar keuangan Tanah Air. Memang benar di pasar saham investor asing membukukan jual bersih Rp 370 miliar, tetapi di pasar obligasi pemerintah masih ada aliran modal masuk.

Pada 22 Januari 2021, kepemilikan asing di Surat Berharga Negara (SBN) adalah Rp 980,57 triliun. Per 28 Januari 2021, nilainya bertambah menjadi Rp 985,38 triliun.

Derasnya arus modal asing membuat imbal hasil (yield) SBN bergerak turun, yang menandakan harga aset ini sedang naik. Pekan ini, yield SBN seri acuan tenor 10 tahun turun 3,4 basis poin (bps).

Tingginya minat investor (terutama asing) terhadap SBN disebabkan oleh keputusan Bank Indonesia (BI). Dalam Rapat Dewan Gubernur (RDG) edisi Januari 2021, Gubernur Perry Warjiyo dan sejawat memutuskan untuk mempertahankan suku bunga acuan sebesar 3,75%.

Ditambah lagi bank sentral AS (The Federal Reserve/The Fed) juga mempertahankan suku bunga rendah di 0-0,25%. Sepertinya suku bunga acuan yang mendekati 0% di Negeri Paman Sam bakal bertahan cukup lama.

Ini menyebabkan keuntungan berinvestasi di Indonesia menjadi sangat menarik. Saat ini, selisih (spread) antara SBN 10 tahun dengan obligasi pemerintah AS tenor yang sama mencapai 509,84 bps. Siapa yang tidak ngiler melihat cuan sebesar ini?

Oleh karena itu, Gubernur Perry yakin bahwa rupiah masih kelewat murah alias undervalued. Ke depan, rupiah masih bisa menguat lagi dengan dukungan arus modal asing yang mengalir deras.

"Aliran modal masuk asing di portofolio, termasuk Indonesia, akan meningkat. Untuk Indonesia, kami perkirakan tahun ini insya Allah portofolio asing bisa mencapai US$ 19,1 miliar. Lebih tinggi dari tahun lalu yaitu US$ 11 miliar," ungkap Perry.

TIM RISET CNBC INDONESIA

(aji/aji)

Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular