Bisakah Investor Ritel RI Bantai Bandar Besar? Begini Caranya

Tri Putra, CNBC Indonesia
29 January 2021 12:18
Bursa efek Indonesia
Foto: Ilustrasi Bursa Efek Indonesia (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)

Jakarta, CNBC Indonesia - Berberapa hari ini jagat pasar modal global dibuat geger, pasalnya investor ritel di subforum Reddit 'r/Wallstreetbets' berbondong-bondong membeli saham Gamestop (GME) untuk mengerjai para hedge fund yang melakukan jual kosong (short sell).

Hal ini tentunya memunculkan harapan di kalangan investor ritel lokal, apalagi di tengah kejatuhan IHSG selama 6 hari beruntun. Banyak investor ritel dalam negeri yang beranggapan apabila ritel berkumpul bisa memukul balik bandar seperti di benua seberang.

Akan tetapi bisakah hal yang terjadi Wall Street terjadi di bursa Indonesia? Apabila tidak bisa bagaimana cara efektif investor ritel untuk membuat bandar merugi? Simak analisis berikut.

Well, pertama tentunya hal yang terjadi di AS akan sulit terjadi di dalam negeri karena akses jual kosong sementara ini ditutup oleh regulator karena pandemi corona.

Walaupun nantinya short sell kembali diperbolehkan, aksi jual kosong di suatu saham sangat jarang dilakukan oleh investor raksasa di dalam negeri karena mayoritas broker tidak menyediakan fasilitas ini. Dari segelintir broker yang menyediakan juga pengunaan sangat dibatasi kepada nasabah-nasabah super raksasa tertentu.

Aksi short sell di bursa lokal tidak menarik karena menurut peraturan bursa, anda tidak boleh langsung serta merta melakukan penjualan alias membanting kebawah harga suatu saham apabila ingin jual kosong (naked short selling).

Aturan yang berlaku menyaratkan anda untuk mengantri 1 tick di atas harga pasar saat ini sehingga short sell di dalam negeri menjadi tidak menarik. Selain itu di bursa juga tidak mempublish daftar saham-saham yang ramai di jual kosong sehingga target pembelian investor ritel tidak jelas.

Melihat hal ini tentu saja opsi investor ritel lokal untuk melakukan pembelian saham beramai-ramai di saham yang banyak dijual kosong oleh bandar menjadi sulit.

Selanjutnya muncul ide lain dari investor ritel lokal yakni bagaimana jika para investor yang investasinya tersangkut di saham yang sedang diturunkan bandar tidak usah di jual dan bahkan beramai-ramai menambah pembelian.

Para investor ritel ini berasumsi bahwa bandar hanya ingin menurunkan saham untuk nantinya membeli barang di harga bawah dan kembali mengangkat sahamnya.

Pemikiran ini tentu saja sangat sesat dan akan membawa bahaya yang lebih besar bagi investor ritel dan membuat para bandar senang. Hal ini karena biasanya apabila bandar sedang menurunkan harga saham terjadi karena bandar sedang melakukan distribusi apalagi di saham-saham gorengan yang fundamentalnya tidak jelas atau saham-saham yang sudah tergolong sangat mahal apalagi saham-saham yang sedang dipom-pom oknum tidak bertanggung jawab.

Hal ini dilakukan karena biasanya bandar sudah mengakumulasi saham tersebut di harga sangat murah dan setelah harganya di angkat terus menerus untuk menarik para investor ritel yang terkena Fear of Missing Out (FOMO) untuk membeli saham tersebut, distribusi kepada investor ritel di harga atas dilakukan sehingga harga sahamnya anjlok.

Apabila memang dikemudian hari bandar kembali mengangkat saham ini, hal ini terjadi bukan karena bandar ingin membeli di harga bawah, akan tetapi karena sang bandar belum habis selesai menjual barangnya sehingga harganya kembali di angkat agar kembali atraktif untuk dibeli investor ritel.

Misalnya bandar melakukan pembelian saham dalam jumlah besar sebanyak 1 juta lot di harga Rp 150/unit, karena barang di pasar sudah dikuasai maka bandar leluasa mengerek harga saham hingga ke Rp 300/unit. Ritel yang melihat harga saham yang naik dari Rp 150/unit ke Rp 300/unit tentu tertarik untuk membeli saham tersebut.

Apalagi jika sang bandar melakukan pom-pom dan bercerita bagaimana prospek saham tersebut begitu cerah dan akan terbang hingga Rp 1.000/unit, maka dari itu berbondong bondong ritel melakukan pembelian dan bandar dengan senang hati menjualnya di harga Rp 300/unit.

Selanjutnya karena bandar melakukan penjualan besar-besaran di harga Rp 300/unit sebanyak 300 ribu lot maka harga saham anjlok ke level Rp 200/unit. Sedangkan bandar masih belum untung dan masih memiliki barang sebanyak 700 ribu lot.

Apabila bandar terus melanjutkan aksi jual maka harga saham akan terus anjlok dan hal ini akan menyebabkan investor ritel tidak ada lagi yang mau membeli jualan bandar karena saham menjadi tidak menarik karena terus-terusan ambles. Maka dari itu bandar terpaksa mengerek kembali harga saham tersebut ke level Rp 250/unit untuk tetap membuat saham menarik di mata investor ritel sehingga sang bandar dapat melanjutkan aksi jualnya hingga barangnya habis.

Bayangkan apabila ritel tidak mau menjual dan malah terus menerus membeli barang jualan bandar ketika harga diturunkan ke level Rp 200/unit, tentunya sang bandar justru akan senang karena tidak perlu repot-repot kembali mengerek naik harga saham tersebut dan membiarkan para ritel membeli sahamnya karena tentunya harga pembelian bandar sangatlah rendah yakni di angka Rp 100/unit.

Sebenarnya ada satu cara bagi investor ritel untuk membuat rugi para bandar saham di bursa lokal, meski cara ini tergolong gampang-gampang susah.

Caranya adalah jangan melakukan pembelian sama sekali di saham gorengan yang berfundamental tidak jelas atau saham-saham yang harganya sudah naik kencang tidak wajar apalagi saham-saham yang sedang dipom-pom oleh para oknum tak bertanggung jawab.

Apabila ada satu saham yang terus terbang, biarkan saja saham tersebut terus naik karena sejatinya bandar saham menaikan harga sahamnya agar terlihat atraktif di mata ritel untuk memancing mereka melakukan pembelian. Jangan terpancing!

Apabila investor ritel tidak terpancing untuk membeli, nantinya bandar tersebut akan bingung sendiri karena tidak ada ritel yang mau menampung barang jualanya sehingga akan merugi karena meskipun saham terus naik, sang bandar tidak bisa merealisasikan keuntunganya jadi kenaikanya adalah hal yang percuma.

Jadi ingat apabila investor ritel ingin membantai bandar saham di bursa lokal, ya saham jualan bandar tidak usah dibeli, jangan malah terbalik ya!

TIM RISET CNBC INDONESIA

Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular