
IMF Beri Ramalan Baik Ekonomi Dunia, Harga SBN Ditutup Turun

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga obligasi pemerintah atau Surat Berharga Negara (SBN) pada perdagangan Rabu (27/1/21) mayoritas ditutup melemah, setelah Dana Moneter Internasional (International Monetary Fund/IMF) menaikkan proyeksi pertumbuhan ekonomi global pada tahun 2021.
Hanya SBN berjangka pendek dengan seri FR0061 bertenor 1 tahun yang ramai dikoleksi oleh investor pada hari ini, sedangkan sisanya cenderung dilepas oleh investor.
Dari imbal hasilnya, hampir semua SBN mengalami kenaikan yield kecuali SBN berseri FR0061 yang turun 2,3 basis poin (bps) ke level 4,301% dan yield SBN berseri FR0067 berjatuh tempo 25 tahun yang cenderung stagnan di level 7,304%.
Sementara itu, yield SBN seri FR0082 berjatuh tempo 10 tahun yang merupakan acuan yield obligasi negara naik 1,1 bps ke level 6,33% hari ini. Yield berlawanan arah dari harga, sehingga kenaikan yield menunjukkan harga obligasi yang sedang turun. Demikian juga sebaliknya. Satuan penghitungan basis poin setara dengan 1/100 dari 1%.
Turunnya kembali harga SBN setelah IMF mendongkrak proyeksi pertumbuhan ekonomi dunia tahun ini menyusul dimulainya vaksinasi di banyak negara.
Lembaga yang dibawahi Persatuan Bangsa-Bangsa (PBB) tersebut memperkirakan ekonomi dunia akan tumbuh 5,5% pada 2021, merefleksikan kenaikan sebesar 0,3 poin persen jika dibandingkan dengan proyeksi sebelumnya yang dipatok pada Oktober.
"Kebanyakan sekarang bergantung pada hasil balapan antara virus yang bermutasi dan vaksin untuk mengakhiri pandemi, dan pada kemampuan kebijakan untuk menyediakan dukungan efektif hingga itu terjadi," tutur Ketua IMF Gita Gopinath dalam blog-nya.
Namun terhadap Indonesia, IMF lebih pesimistis. Lembaga yang dipimpin oleh Kristalina Georgieva itu memperkirakan Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia tahun lalu tumbuh -1,5% dalam WEO Oktober 2020. Di WEO Januari 2021, angkanya direvisi ke bawah menjadi -1,9%.
Untuk 2021, IMF memperkirakan ekonomi Indonesia tumbuh 4,8%, dikoreksi cukup dalam dibandingkan WEO Oktober 2020 yang sebesar 6,1%. Sementara itu di dalam negeri, Presiden Joko Widodo (Jokowi) kembali menerima suntikan vaksin virus Covid-19 buatan Sinovac untuk dosis kedua di Istana Kepresidenan.
Pasca disuntik, Jokowi kemudian mendapatkan kartu tanda suntik vaksin. Kartu ini merupakan tanda dan bukti kepala negara telah melaksanakan vaksinasi dua tahap. "Jadi setelah suntikan vaksin pertama itu 13 Januari, 2 minggu lalu, sekarang hari ini saya mendapatkan suntikan vaksin kedua," kata Jokowi usai melakukan vaksinasi.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(chd/chd)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Aksi Ambil Untung di SBN Mulai Mereda, Harga SBN Menguat Lagi
