Pasar Minim Sentimen Positif, Harga SBN Ditutup Mixed

Chandra Dwi Pranata, CNBC Indonesia
26 January 2021 18:28
Ilustrasi Obligasi (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)
Foto: Ilustrasi Obligasi (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)

Jakarta,CNBCIndonesia - Harga obligasi pemerintah atau Surat Berharga Negara (SBN) pada perdagangan Selasa (26/1/21) ditutup beragam, di tengah minimnya sentimen positif yang hadir di pasar.

Tercatat tiga SBN mengalami pelemahan harga, yakni SBN seri FR0039 bertenor 3 tahun, SBN seri FR0083 berjatuh tempo 20 tahun, dan seri FR0076 tenor 30 tahun. Satu SBN cenderung stagnan, yakni seri FR0080 berjatuh tempo 15 tahun, sedangkan sisanya ditutup menguat.

Dari imbal hasilnya (yield), SBN seri FR0039 mengalami kenaikan, yakni naik 8,9 basis poin (bps) ke level 4,324%. Selanjutnya yield SBN seri FR0083 naik 1,2 bps ke 6,881%, dan yield SBN dengan seri FR0076 naik 0,2 bps ke 7,077%.

Sementara itu, yield SBN seri FR0082 berjatuh tempo 10 tahun yang merupakan acuan yield obligasi negara turun 0,7 bps ke level 6,319% hari ini. Yield berlawanan arah dari harga, sehingga penurunan yield menunjukkan harga obligasi yang naik. Demikian juga sebaliknya. Satuan penghitungan basis poin setara dengan 1/100 dari 1%.

Pasar saham Tanah Air yang telah mengalami koreksi selama empat hari beruntun akibat diperpanjangnya pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM) membuat sebagian investor merilik kembali pasar obligasi Indonesia.

Selain itu, sentimen dari Amerika Serikat (AS) juga menjadi penyebab harga SBN mayoritas ditutup menguat. Presiden AS Joe Biden diekspektasikan akan meneken kebijakan perdagangan 'produk lokal' yang disinyalir sebagai sikap garang terhadap China, mirip dengan yang dilakukan oleh pendahulunya, Donald Trump.

Menurut Wall Street Journal, kebijakan ini akan menyebabkan lembaga federal sulit membeli barang-barang impor serta mengubah definisi produk lokal Amerika, di mana barang mentah yang diperlukan hingga menjadi produk jadi harus berasal dari produk lokal lebih tinggi presentasenya dari sebelumnya.

Dengan tidak akurnya kedua negara dengan ekonomi terbesar di dunia tentu saja perekonomian global akan semakin lamban pulih pasca diserang pandemi. Apalagi pasar tentunya tidak ingin kembali melihat perang dagang berjilid-jilid antar kedua negara. Hal ini tentunya akan mengirim sinyal kurang baik ke bursa saham di seluruh belahan dunia.

TIM RISET CNBC INDONESIA


(chd/chd)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Aksi Ambil Untung di SBN Mulai Mereda, Harga SBN Menguat Lagi

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular