
PPKM Diperpanjang Hingga 8 Februari, Harga SBN Menguat

Jakarta,CNBCIndonesia- Harga obligasi pemerintah atau Surat Berharga Negara (SBN) pada perdagangan Jumat (22/1/21) akhir pekan ini mayoritas ditutup menguat, menyusul perpanjangan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) dan kembali melonjaknya kasus corona di China.
Mayoritas Surat Berharga Negara (SBN) hari ini ramai dikoleksi oleh investor, kecuali SBN berjangka Panjang, yakni SBN seri FR0067 bertenor 25 tahun dan FR0076 berjatuh tempo 30 tahun yang cenderung dilepas oleh investor.
Dari imbal hasilnya (yield), mayoritas SBN mengalami penurunan yield kecuali SBN berseri FR0067 yang naik 0,4 basis poin (bps) ke level 7,320% dan yield SBN dengan seri FR0076 yang juga naik 1,3 bps ke 7,083%.
Sementara itu, yield SBN seri FR0082 berjatuh tempo 10 tahun yang merupakan acuan yield obligasi negara turun 1,9 bps ke level 6,329% hari ini. Yield berlawanan arah dari harga, sehingga penurunan yield menunjukkan harga obligasi yang naik. Demikian juga sebaliknya. Satuan penghitungan basis poin setara dengan 1/100 dari 1%.
Investor ramai mengoleksi SBN jangka pendek hingga menengah karena beberapa sentimen negatif hadir di pasar global maupun domestik, salah satunya adalah perpanjangan penerapan PPKM di beberapa wilayah di Indonesia selama dua pekan. Adapun PPKM tahap pertama akan berakhir pada Senin (25/1/21) mendatang.
Sebelumnya pemerintah pusat memperpanjang kebijakan PPKM hingga 8 Februari mendatang setelah PPKM yang berlaku sejak 11 Januari hingga 25 Januari di kota besar Jawa-Bali tak membuahkan hasil, dengan terus meningkatnya jumlah kasus Covid-19.
Keputusan perpanjangan PPKM tersebut itu disampaikan oleh Ketua Komite Penanganan Covid-19 dan Pemulihan Ekonomi Nasional Airlangga Hartarto dalam keterangan pers di Kantor Presiden, Kompleks Istana Kepresidenan, Jakarta, Kamis (21/1/2021).
Selain itu, kabar dari melonjaknya kembali kasus virus corona (Covid-19) di China juga menjadi sentimen negatif yang membuat yield SBN mengalami pelemahan. Investor memantau perkembangan gelombang kedua penyebaran Covid-19 di China setelah otoritas setempat melaporkan 103 kasus infeksi baru hari ini.
Kabar buruk lainnya juga datang dari Amerika Serikat (AS), di mana tim Presiden Joe Biden menegaskan bahwa sikap pemerintah AS terhadap China tak akan berubah. Hal ini memicu kekhawatiran bahwa perang dagang masih akan terus berkobar dan merusak prospek pemulihan ekonomi dunia.
Di tengah risiko-risiko yang membayangi perekonomian global tersebut, obligasi pun diburu karena dinilai sebagai aset yang lebih aman.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(chd/chd)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Aksi Ambil Untung di SBN Mulai Mereda, Harga SBN Menguat Lagi
