
Era Joe Biden Dimulai, Emas ke US$ 2.000 Lagi atau Ambrol?

Jika melihat ke belakang, kebijakan moneter yang diambil The Fed sama persis dengan tahun 2008 saat terjadi krisis finansial global.
Saat itu, The Fed menerapkan suku bunga <0,25%, serta QE yang dilakukan dalam 3 periode. QE 1 dilakukan mulai November 2008, kemudian QE 2 mulai November 2010, dan QE 3 pada September 2012.
Emas dunia mencapai periode kejayaannya saat QE 2 berlangsung. Sementara masa kemerosotan dimulai tepat sebulan setelah QE 3 dimulai. Sebabnya, perekonomian Amerika Serikat yang mulai membaik, dan ada isu jika QE akan segera dihentikan dalam waktu dekat.
Sejak tahun 2008, harga emas pun terus menanjak hingga mencetak rekor tertinggi sepanjang masa masa US$ 1.920.3/troy ons pada 6 September 2011 sebelum dipecahkan pada tahun lalu.
Pada pertengahan tahun 2013 The Fed yang saat itu dipimpin Ben Bernanke akhirnya mengeluarkan wacana untuk mengurangi QE atau tapering.
Saat wacana tersebut muncul dolar AS menjadi begitu perkasa, hingga ada istilah "taper tantrum". Maklum saja, sejak diterapkan suku bunga rendah serta QE, nilai tukar dolar AS terus merosot. Sehingga saat muncul wacana pengurangan QE hingga akhirnya dihentikan dolar AS langsung mengamuk, "taper tantrum", mata uang lainnya dibuat rontok oleh the greenback. Penguatan dolar tersebut membuat harga emas terpukul.
Harga emas terus merosot hingga ke titik terendah yang dicapai yakni US$ 1.045,85/troy ons pada 3 Desember 2015. Artinya, jika dilihat dari rekor tertinggi 6 September 201 hingga ke level terendah tersebut, harga emas dunia ambrol 45,54% dalam tempo 4 tahun.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(pap/pap)[Gambas:Video CNBC]
