Faktor Biden-Perry Buat Harga SBN Ditutup Beragam

Chandra Dwi Pranata, CNBC Indonesia
21 January 2021 18:18
Business concept. Business people discussing the charts and graphs showing the results of their successful teamwork. Selective focus.
Foto: Freepik

Jakarta,CNBCIndonesia - Harga obligasi pemerintah atau Surat Berharga Negara (SBN) pada perdagangan Kamis (21/1/21) ditutup beragam, karena selera risiko investor cenderung mixed setelah Joe Biden resmi menjadi Presiden Amerika Serikat (AS) ke-46 dan Bank Indonesia (BI) mempertahankan suku bunga acuannya.

Tercatat SBN yang berjangka pendek hingga menengah, yakni SBN bertenor 1 tahun, 3 tahun, 5 tahun, dan 10 tahun mengalami penguatan harga. Sedangkan SBN berjangka menengah hingga panjang mengalami pelemahan harga, kecuali SBN berjatuh tempo 25 tahun yang cenderung stagnan pada hari ini.

Tercatat imbal hasil (yield) SBN bertenor 1 tahun turun 2,2 basis poin (bps) ke level 4,409%, kemudian yield SBN tenor 3 tahun turun 1,9 bps ke 4,663% dan yield SBN berjatuh tempo 5 tahun turun 3 bps ke 5,523%. Sedangkan sisanya mengalami kenaikan.

Sementara itu, yield SBN seri FR0082 berjatuh tempo 10 tahun yang merupakan acuan yield obligasi negara juga turun 0,1 bps ke level 6,348% hari ini. Yield berlawanan arah dari harga, sehingga penurunan yield menunjukkan harga obligasi yang naik. Demikian juga sebaliknya. Satuan penghitungan basis poin setara dengan 1/100 dari 1%.

Investor sedang mengoleksi SBN jangka pendek hingga menengah dan melepas SBN jangka panjang, mengindikasikan bahwa mereka lebih nyaman memegang aset berjangka pendek ketimbang aset jangka panjang.

Selain pelantikan Biden, Senat AS yang sebelumnya dikuasai oleh Partai Republik, kini dikuasai oleh Partai Demokrat. Sehingga blue wave atau kemenangan penuh Partai Demokrat berhasil dicapai.

Parlemen AS menganut sistem 2 kamar, House of Representative (DPR) yang sudah dikuasai Partai Demokrat sejak lama, dan Senat yang pada rezim Donald Trump dikuasai Partai Republik. Dengan dikuasainya DPR dan Senat paket stimulus fiskal senilai US$ 1,9 triliun pun kian mulus.

Selain itu, BI pada hari ini mempertahankan suku bunga acuan 3,75%, sesuai dengan konsensus pasar yang dihimpun CNBC Indonesia. Selain itu, Gubernur Perry juga memberikan outlook & poin-poin RDG BI di 2021, sebagai berikut:

  • BI memproyeksikan PDB Indonesia pada 2021 dalam range 4,8%-5,8%
  • BI melihat defisit transaksi berjalan (CAD/Current Account Deficit) diperkirakan 1,2% dari PDB pada 2021
  • BI memandang penguatan nilai tukar rupiah akan berlanjut di 2021 karena sampai saat ini rupiah masih undervalue
  • BI memproyeksikan inflasi 2021 berada pada range 2%-4%
  • Penurunan suku bunga kredit perbankan diproyeksikan berlanjut di 2021
  • BI masih membeli SBN pemerintah di pasar perdana pada 2021 sebagai bentuk Burden Sharing
  • Pertumbuhan kredit masih terbatas, BI melanjutkan kebijakan makroprudensial akomodatif untuk mendorong pertumbuhan kredit di 2021.

Jika suku bunga kembali diturunkan, maka yield obligasi di Indonesia juga akan menurun. Hal ini dapat membuat capital inflow menjadi seret. Sebab selisih yield dengan negara-negara maju, misalnya dengan AS akan menyempit, hal itu membuat Indonesia sebagai negara berkembang menjadi kurang menarik.

Negara berkembang memiliki risiko investasi yang lebih tinggi ketimbang negara maju, sehingga untuk menarik aliran investasi diperlukan yield yang lebih tinggi.

TIM RISET CNBC INDONESIA


(chd/chd)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Aksi Ambil Untung di SBN Mulai Mereda, Harga SBN Menguat Lagi

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular