Dear Rupiah, Jangan Lupa Ucapkan Terima Kasih ke Bu Yellen Ya

Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
20 January 2021 09:15
rupiah
Ilustrasi Rupiah (CNBC Indonesia/ Andrean Kristianto)

Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) bergerak menguat di perdagangan pasar spot pagi ini. Jika rupiah mampu terus menguat hingga tutup 'lapak', maka ada satu figur yang layak mendapat ucapan terima kasih: Janet Yellen.

Pada Rabu (20/1/2021), US$ 1 setara dengan Rp 14.050 kala pembukaan pasar spot. Sama persis dibandingkan posisi penutupan perdagangan hari sebelumnya alias stagnan.

Namun tidak lama kemudian rupiah berhasil menguat. Pada pukul 09:05 WIB, US$ 1 dihargai Rp 14.040 di mana rupiah menguat 0,07%.

Penguatan rupiah sudah terdeteksi sebelum pembukaan pasar spot. Rupiah sudah terlebih dahulu terapresiasi di pasar Non-Deliverable Forwards (NDF).

Apresiasi rupiah didukung oleh risk appetite pelaku pasar yang sedang tinggi. Ini tampak di bursa saham New York, di mana dini tadi waktu Indonesia indeks Dow Jones Industrial Average (DJIA) ditutup menguat 0,38%, S&P 500 naik 0,81%, dan Nasdaq Composite melonjak 1,53%.

Investor berbunga-bunga setelah mendengarkan paparan Janet Yellen di hadapan Kongres. Yellen, yang merupakan calon kuat Menteri Keuangan di pemerintahan Presiden Terpilih Joseph 'Joe' Biden, menegaskan bahwa otoritas fiskal harus melakukan segala daya upaya untuk memulihkan kondisi kesehatan dan sosial-ekonomi yang hancur lebur dihantam pandemi virus corona (Coronavirus Disease-2019/Covid-19).

Biden berjanji bakal menggelontorkan paket stimulus bernilai US$ 1,9 triliun (Rp 26.763,4 triliun). Menurut Yellen, Biden dan dirinya menyadari bahwa paket stimulus itu akan membuat beban utang pemerintah semakin berat, mengingat penerimaan pajak belum bisa diandalkan sehingga stimulus harus mengandalkan pembiayaan dari utang.

"Baik saya maupun Bapak Presiden terpilih selalu memperhatikan beban utang negara saat mengusulkan proposal stimulus tersebut. Namun untuk saat ini, dengan suku bunga menyentuh titik terendah sepanjang sejarah, hal yang paling cerdas adalah melakukan terobosan besar. Walau jumlah nominal utang secara relatif terhadap perekonomian terus meningkat, tetapi tidak demikian dengan suku bunga," jelas Yellen, sebagaimana diwartakan Reuters.

Yellen betul. Utang pemerintah Negeri Adidaya memang semakin menggelembung. Per akhir kuartal III-2020, utang pemerintah AS mencapai 128,31% terhadap Produk Domestik Bruto (PDB), tertinggi setidaknya sejak 1969.


Namun di sisi lain, beban utang pemerintah justru dalam tren menurun. Dalam setahun terakhir, imbal hasil (yield) surat utang pemerintah AS tenor 10 tahun terkoreksi 67,19 basis poin (bps). Bahkan yield instrumen ini sempat berada di bawah 1%, terendah setidaknya sejak 1958.

Oleh karena itu, pelaku pasar berpandangan bahwa kebijakan fiskal AS di bawah kendali Yellen akan tetap agresif. Eks Ketua Bank Sentral AS (The Federal Reserve/The Fed) itu tidak akan terbur-buru menginjak pedal rem dengan melakukan konsolidasi fiskal sebelum situasi benar-benar bisa dipastikan sudah kembali ke masa pra-pandemi.

"Hari ini semua tentang Yellen dan apa yang akan dia lakukan dengan stimulus fiskal. Ini yang membuat pasar berani dan bergerak lebih tinggi," kata Thomas Martin, Senior Portfolio Manager di Globalt Investments yang berbasis di Atlanta, seperti dikutip dari Reuters.

Gairah dan optimisme dari AS menular hingga ke Asia. Investor ogah bermain aman dan kembali memburu aset-aset berisiko di negara berkembang, termasuk Indonesia. Derasnya aliran modal ke pasar keuangan Ibu Pertiwi menjadi modal bagi rupiah untuk terapresiasi.

TIM RISET CNBC INDONESIA

Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular