Naik Terus, Saham BUMI Ditutup Menguat 25% ke Rp 151/Saham

Yuni Astutik, CNBC Indonesia
18 January 2021 12:57
Tambang Kaltim Prima Coal
Foto: Wahyu Daniel

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga saham PT Bumi Resources Tbk (BUMI) ditutup menguat 31 poin menjadi Rp 151 per saham atau naik 25,83% pada penutupan perdagangan sesi I.

Mengutip data Bursa Efek Indonesia (BEI), Senin (18/1/2021) sepanjang perdagangan sesi pertama ini, BUMI diperdagangkan di kisaran Rp 116 sampai 156 per saham. Sebanyak 3,57 miliar lembar saham diperdagangkan dengan nilai Rp 500,14 miliar.

Investor lokal nampak mendominasi perdagangan pada sesi I. Terlihat dari aksi beli sebesar 48,58% atau 3,5 miliar lembar saham senilai Rp 486,7 miliar. Sementara aksi jual terpantau lebih tinggi sedikit 48,73% atau 3,5 miliar lembar saham senilai Rp 487,5 miliar.

Selanjutnya untuk pergerakan investor asing, terlihat aksi beli hanya 1,42% atau 101,5 juta lembar saham senilai Rp 13,5 miliar. Berikutnya aksi jual sebesar 1,27% atau 90,9 juta lembar saham senilai Rp 12,7 miliar. Alhasil aksi beli asing dengan nilai bersih Rp 801,59 juta.

Berdasarkan catatan CNBC Indonesia Ada beberapa katalis positif yang mampu membangkitkan saham emiten batu bara Grup Bakrie ini. Kenaikan harga batu bara global membuat saham-saham batu bara Tanah Air beterbangan.

Harga kontrak futures (berjangka) ICE Newcastle tembus level tertingginya dalam hampir 1,5 tahun terakhir.

Harga kontrak yang aktif ditransaksikan di bursa berjangka itu sudah berada di level US$ 90,5/ton dan hanya melorot tipis ke level US$ 89/ton pada perdagangan kemarin.

Kenaikan harga batu bara dipicu oleh ketatnya pasokan batu bara di China yang membuat harganya melonjak. Di saat yang sama China juga sedang memasuki periode musim dingin dan mendekati momentum perayaan Tahun Baru Imlek Februari nanti.

Kebutuhan akan listrik yang tinggi untuk penghangat ruangan baik di segmen rumah tangga hingga kebutuhan industri tidak mampu dicukupi. Alhasil pemerintah China membatasi pasokan listriknya dengan melakukan pemadaman di berbagai wilayah dan meminta masyarakat untuk menghemat listrik.

China pun akhirnya melonggarkan kebijakan impornya. Namun karena hubungan yang retak, China memilih mengimpor lebih banyak batu bara termal asal Indonesia dan memboikot batu bara yang diekspor dari Australia. Ini jelas menjadi sentimen positif bagi emiten batu bara nasional.

China diperkirakan akan membeli batu bara Indonesia senilai US$ 1,47 miliar atau sekitar Rp 20,6 triliun (asumsi kurs Rp 14.100 per US$) pada 2021.

Hal tersebut berdasarkan Nota Kesepahaman (MoU) antara Asosiasi Pertambangan Batu Bara Indonesia ( APBI ) dengan China Coal Transportation and Distribution yang ditandatangani pada Rabu (25/11/2020).

BUMI merupakan salah satu emiten tambang batu bara nasional yang memiliki utang (leverage) tinggi. Namun BUMI terus berupaya untuk membayar kewajibannya tersebut kepada para krediturnya.

BUMI telah memproses pembayaran ke-12 atas utangnya senilai US$ 3,2 juta yang mewakili bunga pinjaman untuk Tranche A pada 8 Januari 2021. Hal tersebut diungkapkan oleh Dileep Srivastava selaku Director & Corporate Secretary Bumi Resources.

Dengan adanya pembayaran tersebut, BUMI tercatat telah membayar keseluruhan dari utangnya sebesar US$ 334,8 juta secara tunai yang terdiri atas pokok Tranche A sebesar US$ 195,8 juta dan bunga sebesar US$ 139,0 juta termasuk bunga akrual dan bunga yang belum dibayarkan.

Dengan membaiknya harga batu bara acuan (HBA) ke US$ 75,84/ton Dileep mengatakan bahwa target produksi batu bara BUMI untuk tahun ini naik 5% dari tahun 2020.


(dob/dob)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article 2 Anak Usaha BUMI Borong Platinum Indonesian CSR Award 2020

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular