
Catat! Hilirisasi Batu Bara BUMI Mulai Produksi 2024

Jakarta, CNBC Indonesia - Proyek hilirisasi batu bara yang digarap PT Bumi Resources Tbk (BUMI) melalui anak usahanya, PT Kaltim Prima Coal (KPC) ditargetkan rampung pada 2024. Direktur dan Sekretaris Perusahaan Dileep Srivastava mengatakan gasifikasi batu bara menjadi metanol yang menggandeng KPC memiliki kapasitas 1,8 juta ton per tahun.
"Proyek hilir metanol KPC dengan kapasitas 1,8 juta ton per tahun, kemungkinan beroperasi pada akhir tahun 2024," kata Dileep, Selasa (18/05/2021).
Bukan hanya KPC yang akan terlibat dalam hilirisasi batu bara, melainkan juga anak usaha lainnya yakni PT Arutmin Indonesia. Dileep mengatakan saat ini tengah dilakukan studi kelayakan untuk proyek gasifikasi di lokasi pertambangan Arutmin dan telah memasuki tahap akhir.
"Semoga dapat selesai pada 2025 untuk proyek olefin di Arutmin," kata dia.
Sebelumnya, Dileep mengungkapkan perusahaan akan fokus pada diversifikasi usaha untuk jangka menengah, setelah menyelesaikan kewajiban utangnya. Diversifikasi dilakukan melalui hilirisasi batu bara melalui proyek gasifikasi, dan juga produksi emas melalui anak usahanya.
"Medium term fokusnya di diversifikasi, melalui gasifikasi untuk medium term dan metal (emas dan zinc) melalui PT Bumi Resources Tbk (BRMS). Untuk medium term kami akan juga menjaga sustainibility production dengan menjaga produksi batu bara, generate pendapatan baru, dan suplai batu bara untuk gasifikasi," ujar Dileep generate new revenue dan suplai coal buat gasifikasi," kata Dileep.
"Atensi kami sekarang adalah batu bara ketika gasifikasi, Kaltim Prima Coal sudah mulai proyek tahap awal, pemerintah juga sudah memberikan insentif dengan 0% royalti buat downstream sehingga kita akan ambil advantage. Kami support itu, dan prioritas kami adalah domestik," kata Dileep.
Fokus lainnya adalah emas dan zinc untuk menyambut potensi Indonesia sebagai salah satu produsen mobil listrik dan baterainya. Saat ini hampir semua perusahaan yang bergerak di pertambangan melirik segmen metal terutama bahan baku baterai mobil listrik, seiring besarnya potensi Indonesia. Dia menegaskan perusahaan berupaya meningkatkan kontribusinya terutama untuk hilirisasi dan menciptakan nilai tambah.
"Semua orang sekarang melirik metal, dan kami juga akan mulai mengerjakan zinc dalam dua tahun ke depan. Batu bara dan metal adalah masa depan," tegas Dileep.
Perusahaan batu bara terbesar ini juga akan memperkuat sinergi dengan anak-anak usahanya, terutama dengan peningkatan kinerja anak-anak usahanya. Kontribusi dua anak usaha BUMI seperti PT Darma Henwa Tbk (DEWA) dan BRMS terhadap induk usahanya pun diproyeksi meningkat seiring dengan perbaikan kinerjanya.
(rah/rah)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Penjualan Batu Bara BUMI Diproyeksi Naik 9% di 2021