
China Mau Impor Sawit Lebih Banyak dari RI, CPO Malah Drop 2%

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga komoditas minyak sawit mentah (crude palm oil/CPO) Malaysia semakin anjlok. Pada perdagangan hari ini, Kamis (14/1/2021) harga kontrak futures (berjangka) CPO yang aktif ditransaksikan di Bursa Malaysia Derivatif Exchange ditransaksikan di level terendahnya dalam dua pekan terakhir.
Hingga sesi istirahat siang, harga kontrak yang berakhir Maret tersebut turun 2,11% ke RM 3.614/ton. Dengan begitu harga minyak nabati tersebut telah anjlok 3,6% di pekan ini.
Harga CPO drop lantaran pasar utama ekspor minyak sawit Malaysia yaitu China lebih memilih membeli minyak sawit dari rivalnya yaitu Indonesia. Harga yang sudah mahal ditambah dengan pajak ekspor yang tinggi menjadi faktor penyebabnya. Pajak ekspor minyak sawit Malaysia untuk bulan Februari ditetapkan sebesar 8%.
"Harga minyak sawit terkoreksi lebih rendah karena adanya pembahasan kesepakatan perdagangan yang lebih baik antara China dan Indonesia dengan komitmen untuk mengimpor lebih banyak komoditas Indonesia," kata Marcello Cultrera, manajer penjualan kelembagaan dan pialang di Phillip Futures di Kuala Lumpur kepada Reuters.
Lebih lanjut Reuters melaporkan, China akan mengimpor lebih banyak produk Indonesia, seperti minyak sawit, dan meningkatkan investasi di ekonomi terbesar di Asia Tenggara. Kini tidak hanya batu bara saja yang bakal diimpor oleh China lebih banyak. Komoditas lain seperti minyak sawit pun juga ikut terimbas berkahnya.
Di sisi lain penurunan harga minyak sawit juga terjadi di Bursa Komoditas Dalian. Harga kontrak minyak sawit yang aktif diperdagangkan di Bursa Dalian ambrol 2% menyusul adanya upaya pengetatan mobilitas di China akibat melonjaknya kasus Covid-19 di berbagai wilayah.
Setelah sekian lama mencatatkan kasus harian Covid-19 yang rendah, China kembali mengalami lonjakan kasus belakangan ini.
Pada hari Rabu, Komisi Kesehatan Nasional melaporkan total 115 kasus baru yang dikonfirmasi di daratan, dibandingkan dengan 55 hari sebelumnya, peningkatan harian tertinggi sejak 30 Juli. Dikatakan 107 dari kasus baru adalah infeksi lokal.
Sebagian besar kasus baru dilaporkan di dekat ibu kota, Beijing, tetapi sebuah provinsi di timur laut jauh juga mengalami peningkatan infeksi. Hebei, provinsi yang mengelilingi Beijing, menyumbang 90 kasus, sementara provinsi Heilongjiang timur laut melaporkan 16 kasus baru.
Kenaikan kasus Covid-19 yang signifikan membuat China kembali memutuskan untuk mengetatkan langkah-langkah pembatasan sosial. Setidaknya tiga kota di Provinsi Hebei yakni Shijiazhuang, Xingtai dan Langfang dikarantina (lockdown).
Sementara itu Beijing juga meningkatkan kewaspadaan melalui skrining untuk mencegah terbentuknya klaster di wilayah tersebut. Gelombang infeksi kemungkinan akan meredam liburan Tahun Baru Imlek bulan depan, ketika ratusan juta orang biasanya melakukan perjalanan ke kota asal mereka.
Jauh lebih sedikit yang diperkirakan akan melakukan pekerjaan tahun ini, dan banyak provinsi telah meminta pekerja migran untuk tetap tinggal selama liburan.
"Lonjakan kasus besar-besaran tidak mungkin terjadi selama liburan jika tindakan pengendalian dan pencegahan diterapkan dengan benar", kata Feng Zijian, wakil direktur Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit China, sebagaimana diwartakan Reuters.
Pada dasarnya lonjakan kasus Covid-19 yang terjadi di China patut untuk dicermati mengingat di negara tersebut wabah Covid-19 mulai merebak di awal. Akibat pengetatan yang dilakukan kemungkinan besar konsumsi minyak sawit akan menjadi lebih rendah dan kebijakan restocking juga akan menurun pasca festival Imlek.
Harga minyak mentah yang tertekan juga menjadi sentimen negatif lain yang menekan harga CPO hari ini.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(trp/trp)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Hore! Harga CPO Sudah di Atas RM 3.300/ton, Siap ke RM 3.500?