Trump Mau Dilengserkan, Rupiah Ikut Deg-degan!

Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
14 January 2021 09:08
dolar-Rupiah
Ilustrasi Rupiah dan Dolar AS (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)

Jakaarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) bergerak melemah di perdagangan pasar spot pagi ini. Investor sedang memasang mode wait and see karena situasi eksternal sedang tidak pasti.

Pada Kamis (14/1/2021), US$ 1 setara dengan Rp 14.055 kala pembukaan perdagangan pasar spot. Sama persis dibandingkan posisi penutupan perdagangan hari sebelumnya atau stagnan.

Namun beberapa menit kemudian rupiah tergelincir ke zona merah. Pada pukul 09:04 WIB, US$ 1 dihargai Rp 14.060 di mana rupiah melemah tipis 0,04 %.

Kemarin, rupiah menutup perdagangan pasar spot dengan apresiasi 0,46% di hadapan dolar AS. Meski dolar AS belum bisa dilengserkan ke bawah Rp 14.000, tetapi rupiah tetap jadi mata uang terkuat di Asia.

Namun sepertinya keperkasaan rupiah tidak bertahan lama. Sebab hari ini risk appetite pelaku pasar agak terbatas dan masih ada sedikit hasrat untuk bermain aman.

Kondisi eksternal memang sedang membingungkan. Di satu sisi investor antusias menunggu pengumuman rencana belanja negara AS tahun fiskal 2021 di bawah kepemimpinan Presiden Terpilih Joseph 'Joe' Biden. Pengganti Donald Trump itu menjanjikan paket stimulus fiskal senilai triliunan dolar AS untuk membantu rakyat mengatasi dampak pandemi virus corona (Coronavirus Disease-2019/Covid-19).

"Bantuan langsung harus sampai ke keluarga-keluarga dan usaha kecil. Kami akan menyelesaikan berbagai pekerjaan agar rakyat bisa menerima bantuan tunai sebesar US$ 2.000," tegas Biden, seperti dikutip dari Reuters.

Awalnya pemerintahan Biden merencanakan stimulus fiskal di bawah US$ 1 triliun. Namun Biden berubah pikiran dan siap menggelontorkan stimulus yang lebih besar.

"Berbagai penelitian memberi konfirmasi bahwa dengan kondisi krisis seperti sekarang, apalagi di tengah iklim suku bunga rendah, mengambil langkah segera meski itu berdampak kepada pembiayaan defisit anggaran akan sangat membantu perekonomian," jelas Biden.

Nah,itu sentimen positifnya. Namun ada sentimen negatif yang membuat pelaku pasar berhati-hati dan belum mau bermain agresif.

Malam tadi waktu Indonesia, House of Representatives (satu dari dua kamar legislatif di AS yang membentuk Kongres) melakukan pemungutan suara untuk melakukan pemakzulan (impeachment) terhadap Presiden Trump. Hasilnya, 232 suara setuju dan 197 menolak.

Para anggota House berpandangan Trump berperan dalam penyerbuan massa ke gedung Capitol pekan lalu. Trump memberikan provokasi kepada masaa pendukungnya dan berakibat kepada pendudukan gedung Kongres.

"Presiden AS mendorong pemberontakan ini, orang-orang bersenjata melawan rakyat biasa. Dia (Trump) harus pergi, sudah jelas dia berbahaya bagi bangsa yang kita cintai ini," tegas Nancy Pelosi, Ketua House dari Partai Demokrat, sebagaimana diwartakan Reuters.

Namun untuk benar-benar mendongkel Trump dari Gedung Putih, keputusan House harus mendapat dukungan Senat. Saat ini Senat masih dikuasai oleh Partai Republik pendukung Trump.

Ada kekhawatiran usikan terhadap Trump akan kembali menyulut emosi para pendukungnya. Apalagi beredar kabar bahwa ada rencana penyerbuan lagi saat pelantikan Biden pada 21 Januari 2021.

Situasi politik di Washington yang panas dan bisa menimbulkan kerusuhan fisik ini membuat investor pikir-pikir dulu. Lebih baik menunggu perkembangan terbaru sebelum bermain agresif.

"Saat ini investor sedang dalam mode wait and see. Namun ini tidak akan lama, sebab jika Anda menunggu terlalu lama maka bisa ketinggalan siklus," tutur Shawn Cruz, Senior Market Strategist di TD Ameritrade yang berbasis di New Jersey, seperi diberitakan Reuters.

TIM RISET CNBC INDONESIA

Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular