Valuasi Tinggi, Wall Street Dibuka Variatif Cenderung Melemah

Arif Gunawan, CNBC Indonesia
12 January 2021 21:58
Foto: REUTERS/Lucas Jackson
Foto: REUTERS/Lucas Jackson

Jakarta, CNBC Indonesia - Bursa saham Amerika Serikat (AS) melemah pada pembukaan perdagangan Selasa (12/1/2021), setelah investor menghitung ulang valuasi pasar di tengah kenaikan imbal hasil (yield) obligasi.

Indeks Dow Jones Industrial Average surut 25 poin (-0,18%) pada pukul 08:30 waktu setempat (21:30 WIB) dan 20 menit kemudian surut menjadi 66,5 poin (-0,21%) ke 30.942,17. S&P 500 turun 7,35 poin (-0,19%) ke 3.792,26. Namun, Nasdaq naik 0,8 poin (+0,01%) ke 13.037,22

Rasio harga terhadap laba bersih (price-to-earnings/PE) S&P 500 sebesar 22,7 kali, atau mendekati level tertinggi sejak 2000. Kenaikan valuasi terjadi setelah investor terus menumpuk saham meski ada kenaikan infeksi Covid-19 dan gejolak politik.

Secara bersamaan, imbal hasil (yield) pemerintah AS naik menyusul kekhawatiran seputar inflasi. Surat Berharga Negara (SBN) tenor 10 tahun yang menjadi acuan pasar mencapai 1,165%, atau menyentuh level tertinggi sejak Maret.

Pada Senin, Wall Street merah membara setelah investor menghitung ulang valuasi saham di tengah kenaikan ke level tertinggi, terutama di tengah masih menyebarnya virus Covid-19. Indeks Dow Jones Industrial Average tertekan 90 poin, S&P 500 surut 0,7%, Nasdaq drop 1,25% dan Russell 2000 tertekan 0,03%.

Saham teknologi berguguran dipimpin Apple sebesar -2,3%, diikuti Facebook, Amazon, Netflix, dan induk Google Alphabet. Tesla ambles 7,8% menjadi kinerja harian terburuk sejak 23 September.

Pendiri DoubleLine Capital Jeff Gundlach mengingatkan bahwa valuasi pasar sudah relatif tinggi jika dibandingkan dengan standard historis di tengah risiko kenaikan inflasi yang ditopang stimulus bernilai besar.

"Jika melihat data bursa 4 dekade terakhir, ada banyak metrik yang menunjukkan kondisi overvaluasi lebih dari 1%. Yang membuat itu terjadi, tentu saja, adalah kebijakan suku bunga nol persen The Fed dan janji untuk menjaganya tetap nol," tuturnya kepada CNBC International.

Investor juga fokus memantau perkembangan di Washington setelah DPR yang dikendalikan Partai Demokrat pada Senin mengajukan pasal pemakzulan (impeachment) terhadap Presiden AS Donald Trump karena menyulut penyerbuan massa ke gedung Capitol pekan lalu.

Selain itu, prospek stimulus fiskal tambahan pada tahun ini juga terus diperhatikan setelah Partai Demokrat mendominasi Senat dan Kongres. Presiden terpilih Joe Biden pada Jumat menjanjikan gelontoran stimulus ekonomi, yang disebutkan bernilai "triliunan dolar."

Dia menjanjikan akan memberikan lebih banyak detil pada Kamis nanti, atau enam hari jelang hari pertamanya berkantor di Ruang Oval, Gedung Putih. Kebutuhan stimulus yang lebih besar semakin mendesak menyusul buruknya data ketenagakerjaan per Desember lalu.

TIM RISET CNBC INDONESIA


(ags/ags)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Saham Teknologi Berguguran Lagi, Wall Street Dibuka Merah

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular