
Vaksin Sinovac Sudah Direstui, Kok Rupiah Keok Lagi?

Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) bergerak melemah di perdagangan pasar spot hari ini. Pemberian restu terhadap vaksin anti-virus corona (Coronavirus Disease-2019/Covid-19) oleh Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) ternyata kurang ampuh untuk mendongkrak performa pasar keuangan Indonesia.
Hari ini, Selasa (12/1/21), US$ 1 setara dengan Rp 14.90 kala pembukan pasar spot. Rupiah melemah 0,07% dibandingkan posisi penutupan kemarin.
Semestinya ada kabar baik bagi pasar (dan seluruh rakyat Indonesia). Akhirnya BPOM memberikan izin penggunaan darurat (Emergency Use Authorization/EUA) terhadap vaksin CoronaVac buatan Sinovac. Berdasarkan uji klinis yang melibatkan lebih dari 1.600 relawan di Bandung, BPOM menetapkan kadar khasiat (efficacy rate) vaksin itu adalah 65,3%.
"Ini sudah sesuai dengan ketentuan WHO (Organisasi Kesehatan Dunia) bahwa untuk EUA minimal 50%. Efikasi 65,3% mampu menurunkan kejadian Covid-19 hingga 65,3%. Akan sangat berarti untuk upaya keluar dari pandemiselain menggunakan 3 M (mencuci tangan, memakai masker, menjaga jarak)," kata Penny K Lukito, Kepala BPOM.
Meski sudah melebihi ambang batas, tetapi hasil uji vaksin buatan Sinovac di Indonesia tidak setinggi di negara-negara lain. Di Brasil, uji terhadap vaksin yang sama menghasilkan kadar khasiat 78% terhadap sekitar 13.000 relawan.
Di Turki lebih dahsyat lagi. Hasil uji terhadap 7.371 orang relawan menghasilkan tingkat efikasi 91,25%.
Namun pagi ini beredar kabar bahwa hasil uji lanjutan di Brasil menunjukkan tingkat efikasi yang lebih rendah. Mengutip Reuters, dua orang sumber mengungkapkan bahwa vaksin buatan Sinovac hanya punya kadar khasiat di bawah 60%. Pihak Butantan Biomedical Center (yang bekerja sama dengan Sinovac dalam memproduksi vaksin di Negeri Samba) menyatakan berita itu murni spekulasi.
Jika benar tingkat efikasi vaksin buatan Sinovac kurang dari 60%, maka memang masih di atas batasan yang ditetapkan WHO sehingga tidak perlu khawatir berlebihan. Akan tetapi tentu mengkhawatirkan bagi masyarakat awam.
Angka-angka ini bisa jadi membuat investor agak grogi. Ada persepsi bahwa peluang untuk bisa keluar dari pandemi virus corona semakin berkurang. Sesuatu yang tentu sangat mencemaskan.
