
Rupiah Lanjut Perkasa, Dolar AS Kian Jauh di Bawah Rp 13.900

Sementara dari dalam negeri, kemarin pemerintah mengumumkan penjualan obligasi alias surat utang dalam mata uang asing yaitu dolar AS dan euro. Nilainya adalah US$ 3 miliar dan EUR 1 miliar. Penerbitan obligasi dalam mata uang asing ini tentu menjadi pasokan valas yang menjadi fondasi penguatan rupiah.
"Mengawali tahun 2021, Pemerintah Republik Indonesia sukses melakukan transaksi penjualan Surat Utang Negara (SUN) dalam 2 (dua) mata uang asing (dual-currency) yaitu US Dollar dan Euro dengan format SEC-Registered Shelf Take-Down," sebut keterangan tertulis Kementerian Keuangan, Rabu (6/1/2021).
![]() |
Ada satu prestasi yang perlu dicatat. Penerbitan obligasi valas ini mendapatkan imbal hasil (yield) terendah dalam sejarah.
Untuk seri-seri dengan denominasi dolar AS, initial price guidance berada pada area 2,35% untuk tenor 10 tahun, kisaran 3,55% untuk tenor 30 tahun, dan sekitar 3,85% untuk tenor 50 tahun. Namun transaksi ini berhasil mendapatkan orderbook yang dalam dan berkualitas sehingga final price guidance dapat ditekan hingga 45 basis poin (bps) ke 1,9% untuk tenor 10 tahun, 3,1% untuk tenor 30 tahun, dan 3,4% untuk tenor 50 tahun.
Demikian pula dengan obligasi berdenominasi euro. Pemerintah berhasil menekan harga sebesar 40 bps dari initial price guidance di area 175 bps ke final price guidance di 35 bps. Transaksi kali ini juga mencatatkan tenor terpanjang untuk obligasi denominasi euro yang pernah diterbitkan oleh pemerintah Indonesia.
"Keseluruhan transaksi mendapatkan harga yang kompetitif, dengan final pricing yang berada pada level yang paling ketat untuk semua seri dan mencapai negative new issue premium yang signifikan. Hal ini menunjukkan kepercayaan investor terhadap credit story Indonesia dan optimisme atas pemulihan ekonomi Indonesia," lanjut keterangan tertulis Kementerian Keuangan.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(aji/aji)
