
Kasus Corona Makin Memprihatinkan, Harga SBN Berbalik Melemah

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga obligasi pemerintah atau Surat Berharga Negara (SBN) pada perdagangan Selasa (5/1/2021) mayoritas ditutup melemah, di tengah kekhawatiran pelaku pasar terkait merebaknya varian baru virus corona (Covid-19) yang membuat beberapa negara kembali melakukan karantina wilayah (lockdown) secara parsial.
Mayoritas SBN hari ini cenderung dilepas oleh investor, kecuali SBN berseri FR0061 dengan tenor 1 tahun yang hari ini dikoleksi oleh investor. Dilihat dari imbal hasilnya (yield), hampir semua SBN mengalami kenaikan yield, tetapi tidak untuk yield SBN berseri FR0061 yang turun 0,9 basis poin (bp) ke level 4,006%.
Sedangkan yield SBN seri FR0067 yang bertenor 25 tahun hingga saat ini masih stagnan di level 7,305%. Sementara itu, yield SBN seri FR0082 bertenor 10 tahun yang merupakan yield acuan obligasi negara naik 4,9 basis poin ke 5,998.
Yield berlawanan arah dari harga, sehingga kenaikan yield menunjukkan harga obligasi yang turun. Demikian juga sebaliknya. Satuan penghitungan basis poin setara dengan 1/100 dari 1%. Hal ini karena investor mulai melakukan aksi ambil untung (profit taking) karena tren pergerakan yield SBN yang menurun telah terjadi sejak Oktober 2020 lalu.
Selain itu, kekhawatiran pelaku pasar terkait cepat merebaknya strain baru virus Covid-19 juga menjadi pendorong harga SBN melemah hari ini dan membuat beberapa negara terpaksa kembali menerapkan lockdown parsial. Di Inggris, pemerintahan Perdana Menteri Boris Johnson memutuskan penerapan lockdown berskala nasional mulai Senin pekan ini.
"Saat saya berbicara dengan Anda semua malam ini, rumah sakit kita dalam tekanan besar, lebih berat dibandingkan masa awal pandemi. Dengan sebagian besar wilayah sudah menerapkan pembatasan ketat, sudah jelas bahwa kita harus mengambil langkah bersama untuk mengatasi virus corona varian baru ini.
"Oleh karena itu, kita harus memasuki lockdown skala nasional yang diharapkan mampu mengatasi penyebaran virus varian baru. Pemerintah meminta Anda semua untuk tetap di rumah," kata Johnson dalam pidato yang disiarkan televisi nasional, sebagaimana diwartakan Reuters.
Kebijakan ini membuat aktivitas non-esensial ditutup sementara. Murid-murid sekolah dasar dan menengah harus kembali belajar di rumah, ujian akhir sepertinya tidak bisa digelar pada tengah tahun.
Sementara itu di Amerika Serikat (AS), Gubernur New York Andrew Cuomo mengungkapkan sudah ada kasus pertama corona jenis baru di negara bagian yang dipimpinnya. Pasien itu berasal dari daerah Saratoga, tanpa riwayat perjalanan dari luar AS.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(chd/chd)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Aksi Ambil Untung di SBN Mulai Mereda, Harga SBN Menguat Lagi