
Parah, Rupiah Hancur Lebur di Asia Hingga Eropa!

Well, 2020 bukan tahun yang mudah. Pandemi virus corona (Coronavirus Disease-2019/Covid-19) yang menyebabkan resesi ekonomi dunia sempat membuat pasar keuangan global hancur lebur, terutama pada kuartal II.
Kala itu, hampir seluruh negara menerapkan kebijakan pembatasan sosial (social distancing) yang ketat. Miliaran penduduk planet bumi terpaksa bekerja, belajar, dan beribadah di rumah agar virus yang awalnya mewabah di Kota Wuhan, Provinsi Hubei, Republik Rakyat China ini tidak semakin menyebar.
Pada kuartal II, ekonomi di banyak negara mulai mengalami kontraksi (pertumbuhan negatif) yang teramat dalam. Kala itu, Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia tumbuh -5,32%, terendah sejak krisis moneter 1998. Itu pun tidak lebih parah ketimbang negara-negara lain.
Rupiah pun saat itu sangat merana. Kurs mata uang Ibu Pertiwi sempat berada di kisaran Rp 16.500/US$, sesuatu yang belum pernah terjadi sejak krisis 1998.
Rupiah dengan cepat mampu berbalik arah. Bahkan rupiah sempat begitu perkasa, menguat hingga ke kisaran Rp 13.800/US$.
Namun kemudian laju rupiah agak mengendur. Sepanjang kuartal III, rupiah melemah 4,65% di hadapan dolar AS. Rupiah memang menguat nyaris 5% pada kuartal berikutnya, tetapi itu tidak cukup untuk membuatnya membukukan penguatan secara tahunan.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(aji/aji)