Parah, Rupiah Hancur Lebur di Asia Hingga Eropa!

Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
01 January 2021 14:15
rupiah melemah terhadap Dollar
Ilustrasi Money Changer (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)

Jakarta, CNBC Indonesia - Setelah begitu perkasa pada 2019, 2020 adalah tahun yang tidak perlu diingat oleh rupiah. Mata uang Tanah Air tidak hanya lesu di hadapan dolar Amerika Serikat (AS), tetapi juga terhadap mata uang Asia-Eropa.

Sepanjang 2020, rupiah melemah 1,55% terhadap dolar AS di perdagangan pasar spot secara point-to-point. Padahal pada 2019, rupiah mampu menguat 3,44% di hadapan greenback dan menjadi salah satu mata uang terbaik di. Asia.

Namun tahun ini rupiah malah jadi salah satu yang terlemah di Asia. Rupiah menempati peringkat kedua terbawah, hanya lebih baik dari rupee India.

Berikut perkembangan kurs dolar AS terhadap mata uang utama Asia sepanjang 2020:

Berhadapan satu lawan satu dengan mata uang Benua Kuning, rupiah pun keok bukan main. Rupiah melemah hampir di hadapan seluruh mata uang Asia. Lagi-lagi hanya rupee yang berhasil 'ditaklukkan' oleh rupiah.

Berikut perkembangan kurs mata uang utama Asia terhadap rupiah pada 2020:

Derita rupiah belum berhenti sampai di sini. Berpindah ke Eropa, rupiah pun 'dikeroyok' habis-habisan.

Di hadapan euro, poundsterling Inggris, dan franc Swiss, rupiah melemah begitu dalam. Bahkan depresiasi rupiah terhadap euro dan franc lebih dari 10%.

Berikut perkembangan kurs mata uang Eropa terhadap rupiah selama 2020:

Well, 2020 bukan tahun yang mudah. Pandemi virus corona (Coronavirus Disease-2019/Covid-19) yang menyebabkan resesi ekonomi dunia sempat membuat pasar keuangan global hancur lebur, terutama pada kuartal II.

Kala itu, hampir seluruh negara menerapkan kebijakan pembatasan sosial (social distancing) yang ketat. Miliaran penduduk planet bumi terpaksa bekerja, belajar, dan beribadah di rumah agar virus yang awalnya mewabah di Kota Wuhan, Provinsi Hubei, Republik Rakyat China ini tidak semakin menyebar.

Pada kuartal II, ekonomi di banyak negara mulai mengalami kontraksi (pertumbuhan negatif) yang teramat dalam. Kala itu, Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia tumbuh -5,32%, terendah sejak krisis moneter 1998. Itu pun tidak lebih parah ketimbang negara-negara lain.

Rupiah pun saat itu sangat merana. Kurs mata uang Ibu Pertiwi sempat berada di kisaran Rp 16.500/US$, sesuatu yang belum pernah terjadi sejak krisis 1998.

Rupiah dengan cepat mampu berbalik arah. Bahkan rupiah sempat begitu perkasa, menguat hingga ke kisaran Rp 13.800/US$.

Namun kemudian laju rupiah agak mengendur. Sepanjang kuartal III, rupiah melemah 4,65% di hadapan dolar AS. Rupiah memang menguat nyaris 5% pada kuartal berikutnya, tetapi itu tidak cukup untuk membuatnya membukukan penguatan secara tahunan.

TIM RISET CNBC INDONESIA

Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular