
2021 Mesti Digeber, Airlangga Soroti Nilai IPO Baru Rp 5,2 T

Jakarta, CNBC Indonesia - Bursa Efek Indonesia (BEI) mencatat total emiten baru yang melakukan penawaran umum saham perdana atau initial public offering (IPO) dan tercatat (listing) tahun ini mencapai 51 perusahaan. Jumlah ini menjadi yang tertinggi di ASEAN.
Meski demikian, Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto menyoroti nilai IPO dari 51 emiten tersebut. Sebab, nilai IPO hanya sebesar Rp 5,28 triliun.
"Dari segi jumlah perusahaan termasuk capaian tinggi di ASEAN. Tantangan nilai IPO Rp 5,28 triliun masih harus ditingkatkan," ujarnya dalam penutupan perdagangan terakhir BEI, Rabu (30/12/2020).
Adapun capaian nilai tahun ini lebih rendah dibandingkan tahun lalu meski jumlah emiten yang melakukan IPO tidak berbeda jauh. Tahun 2019 jumlah emiten baru yang tercatat sebanyak 55 perusahaan dengan nilai Rp 14,77 triliun.
Oleh karenanya, Airlangga meminta kinerja BEI tahun depan harus terus ditingkatkan. Terutama perusahaan besar agar capaian nilai IPO-nya semakin besar.
Apalagi, saat ini Pemerintah telah memberikan insentif fiskal bagi perusahaan yang melakukan IPO di BEI melalui RUU perpajakan. Insentif diberikan berupa diskon Pajak Penghasilan (PPh).
Diskon yang diberikan pemerintah adalah sebanyak 3%, sehingga PPh perusahaan yang melakukan go public menjadi 17% dari saat ini sebesar 20%.
"Tentu kita juga dorong agar terus ini bisa membuat banyak perusahaan mencatat di Bursa Efek. Nah itu seperti (penurunan) PPh Badan maupun (diskon PPh) wajib pajak perusahaan go public," jelasnya.
Data BEI dan OJK mencatat, dari sisi supply, antusiasme korporasi untuk menggalang dana melalui penawaran umum ternyata masih terjaga di masa pandemi, di mana terdapat 53 emiten baru sepanjang 2020.
Dari jumlah tersebut 51 perusahaan telah tercatat (listing) di bursa sehingga tersisa dua emiten lainnya akan tercatat tahun depan. Jumlah IPO baru ini menjadi yang tertinggi di ASEAN.
Sementara total penghimpunan dana melalui penawaran umum di tahun 2020 telah mencapai Rp 118,7 triliun, terdiri dari penawaran umum saham (IPO), obligasi, dan sukuk, serta produk lain termasuk EBA (efek beragun aset), dan dana infrastruktur (DIRE).
(tas/tas)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article IHSG Sempat Drop, Airlangga: Pasar Modal Balik ke Jalur Hijau
