
Yuk Beri Applause buat IHSG! Ini Jawara Indeks & Saham 2020

Melihat negara-negara Asia lain yang masih terkoreksi parah karena Covid-19 bolehlah IHSG sedikit berbangga karena 'hanya' tinggal terkoreksi 4% lagi.
Akan tetapi sebenarnya sektor manakah yang menjadi pendorong kinerja indeks kebangaan tanah air ini dan sektor manakah yang memberatkan laju IHSG?
Simak tabel berikut.
Ya tidak lain dan tidak bukan, indeks sektoral yang menjadi pemenang di tahun 2020 ini adalah indeks pertambangan yang sukses terbang tinggi 25,36% dan menjadi satu-satunya indeks sektoral yang menghijau tahun ini,
Katalis positif yang bertubi-tubi datang di sektor ini sukses melesatkan indeks sektoral pertambangan, katalis tersbeut mulai dari disahkanya UU Minerba pertambangan yang tentunya akan memberikan kepastian bagi perseroan hingga aksi korporasi raksasa yang dilakukan oleh berberapa emiten pertambangan terutama Badan Usaha Milik Negara (BUMN).
Salah satu aksi korporasi besar yang diingat oleh pelaku pasar tentunya pembentukan holding EV Battery oleh Menteri BUMN, Erick Thohir dimana tiga anak usaha MIND ID yakni PT Aneka Tambang Tbk (ANTM), PT Timah Tbk (TINS), dan PT Vale Indonesia Tbk (INCO) dikatakan akan memainkan peranan besar dalam holding ini. Sontak saja ketiga saham tersebut melesat kencang puluhan persen selama tahun berjalan.
Selain itu sentimen positif bagi sektor pertambangan di pasar global tentu saja datang dari komoditas pertambangan yang melesat kencang pasca diserang dari virus corona seperti batu bara yang terbang tinggi ke atas level US$ 85/ton dan menjadi level tertingginya selama berberapa tahun terakhir.
Sedangkan tidak mengangetkan, untuk indeks sektoral dengan koreksi terparah sendiri datang dari indeks sektor properti. Sektor ini memang menjadi salah satu sektor yang terdampak paling parah oleh virus corona.
Mulai dari pusat perbelanjaan yang dilarang beroperasi di masa awal PSBB dan terbatas operasinya setelah PSBB dilonggarkan hingga penjualan properti yang anjlok karena daya beli masyarakat yang turun danappetiteterhadap properti di tengah pandemi yang rendah menyebabkan banyak perusahaan di sektor ini yang merugi.
Ini menyebabkan para investor melakukan aksi jual besar besaran di sektor ini sehingga indeks sektoralnya masih terkoreksi parah 19,93%.
(tas/tas)