Volume Perdagangan Menyusut, Kurs Dolar Australia Jadi Liar

Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
29 December 2020 11:41
Ilustrasi dolar Australia (CNBC Indonesia/ Tri Susilo)
Foto: Ilustrasi dolar Australia (CNBC Indonesia/ Tri Susilo)

Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar dolar Australia menguat melawan rupiah pada perdagangan Selasa (29/12/2020) setelah bergerak liar awal pekan kemarin.

Pada pukul 11:03 WIB, AU$ 1 setara Rp 10.734,56, dolar Australia menguat 0,18% di pasar spot, melansir data Refinitiv. Sementara kemarin, saat pembukaan perdagangan Mata Uang Kanguru ini berada di zona merah sebelum berbalik menguat 0,37% di Rp 10.792,75/AU$ yang merupakan level tertinggi sejak 21 September. Tetapi tidak lama merosot lagi 0,65%.

Volume perdagangan yang menyusut jelang libur akhir tahun menjadi pemicu pergerakan liar tersebut. 

Meski bergerak liar, dolar Australia belakangan ini sebenarnya dalam tren menanjak, bahkan mampu lebih mahal ketimbang dolar Singapura. Sepanjang bulan ini saja dolar Australia sudah menguat 3,7%.

Ekspektasi membaiknya kondisi ekonomi menjadi pemicu penguatan dolar Australia. Biro Statistik Australia kemarin melaporkan tingkat pengangguran turun menjadi 6,8% dari bulan Oktober sebesar 7%. Selain itu, sepanjang bulan November terjadi perekrutan tenaga kerja sebanyak 70 ribu orang.

Data tersebut mengkonfirmasi membaiknya perekonomian Australia. Di awal bulan ini, bank sentralnya (Reserve Bank of Australia/RBA) menunjukkan optimisme terhadap kondisi perekonomian.

Pada hari Selasa (1/12/2020), RBA dalam pengumuman rapat kebijakan moneter hari ini mempertahankan suku bunga 0,1%.

Gubernur RBA, Philip Lowe, menunjukkan sikap optimis perekonomian Australia akan bangkit dari resesi yang terjadi untuk pertama kalinya dalam 3 dekade terakhir. Ia optimis dalam pemulihan ekonomi Australia, sebab perekonomian sudah dibuka kembali dan penambahan kasus baru penyakit virus corona (Covid-19) nyaris 0.

"Pemulihan ekonomi sedang berlangsung, dan data ekonomi yang dirilis belakangan ini lebih baik dari perkiraan sebelumnya," kata Lowe, sebagaimana dilansir Reuters.

"Ini adalah kabar bagus, tetapi pemulihan ekonomi masih belum terjadi secara menyeluruh, dan masih sangat tergantung dari dukungan kebijakan moneter dan fiskal," katanya.

Gubernur Lowe juga menegaskan suku bunga kemungkinan besar tidak akan dinaikkan hingga 3 tahun ke depan, dan siap menggelontorkan stimulus tambahan jika diperlukan.

Sejak dihantam pandemi Covid-19, RBA sudah memangkas suku bunga sebanyak 3 kali, serta menggelontorkan program pembelian aset (quantitative easing/QE). Sementara pemerintah Australia menggelontorkan stimulus fiskal senilai AU$ 300 miliar.

TIM RISET CNBC INDONESIA 


(pap/pap)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Dolar Australia Tak Mampu Tembus Rp 10.700/AU$, Ada Apa?

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular