
Corona Picu Kekhawatiran, Pasar SBN Merah Membara

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga obligasi pemerintah Indonesia kompak terjerembab pada perdagangan Senin (21/12/2020), dengan imbal hasil (yield) obligasi tenor 10 tahun yang menjadi acuan pasar kembali surut ke level psikologis 6%.
Imbal hasil Surat Berharga Negara (SBN) seri FR0082 tersebut naik 6,2 basis poin (bp) dengan bertengger pada level 6,038%. Sebagai perbandingan, yield SBN seri tersebut akhir tahun lalu berada di level 7,098%.
Imbal hasil obligasi berjatuh tempo 30 tahun juga kembali ke level psikologis 7%, tepatnya 7,008% setelah menguat 6,5 bp. Kenaikan imbal hasil ini merupakan yang terbesar di antara SBN lain yang kompak terkoreksi.
Imbal hasil bergerak berlawanan dari harga, sehingga penguatan yield mengindikasikan harga surat utang yang melemah. Demikian juga sebaliknya. Penghitungan imbal hasil menggunakan acuan basis poin (bp), yang setara dengan 1/100.
Pelemahan surat utang ini terjadi di tengah reli Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) yang justru melesat 1% atau 61,3 poin ke 6.165,625 menjadi jawara Asia. Sementara itu, rupiah melemah 0,14% ke level Rp 14.100 per dolar Amerika Serikat (AS).
Koreksi mata uang nasional yang terjadi bersamaan dengan pelemahan harga SBN tersebut mengindikasikan bahwa pelaku pasar melihat ada risiko yang kembali mengintai di perekonomian global, sehingga mereka meninggalkan aset negara berkembang seperti Indonesia dan kembali berburu aset di negara maju berbasis dolar AS.
Pemicunya tak lain adalah kabar mutasi di Inggris yang memicu karantina wilayah (lockdown) London dan beberapa bagian Tenggara Inggris, serta pelarangan aktivitas kumpul-kumpul untuk merayakan Natal.
Varian baru tersebut dikabarkan memiliki 70% peluang penularan lebih tinggi ketimbang strain awalnya. Organisasi Kesehatan Dunia (World Health Organization/WHO) telah mengidentifikasi virus tersebut di Denmark, Belanda, dan Australia.
Pada bulan Maret lalu, saat virus corona ditetapkan sebagai pandemi, berbagai aset investasi mulai dari saham hingga emas mengalami aksi jual masif. Pelaku pasar mengalihkan investasinya ke dolar AS.
Di dalam negeri, muncul pertanyaan mengenai kepastian politik ke depannya, setelah muncul wacana reshuffle menteri yang salah satunya menimpa pos Menteri Perikanan dan Kelautan yang sebelumnya diduduki mantan-oposan pemerintah yakni Partai Gerindra. Akibatnya, pemodal pun pilih menghindar dulu.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(ags/ags)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Aksi Ambil Untung di SBN Mulai Mereda, Harga SBN Menguat Lagi