
Dolar AS Terbuang! Ini Deretan Mata Uang yang Bakal Cemerlang

Euro dan poundsterling belakangan ini terus menguat melawan dolar AS. Selain dolar yang memang sedang tertekan, kedua mata uang tersebut juga sedang dinaungi sentimen positif.
Nilai tukar euro melemah 0,13% ke US$ 1,2250 pada perdagangan hari ini, tetapi masih berada di level tertinggi sejak April 2018, US$ 1,2273 yang dicapai Kamis kemarin. Sebelum hari ini, mata uang 19 negara ini sudah menguat 4 hari beruntun sebesar 1,3%,
Penguatan euro terjadi di tengah lonjakan kasus Covid-19, tetapi sektor manufaktur masih mampu mempertahankan ekspansi, bahkan lebih tinggi lagi.
Data dari Markit menunjukkan purchasing managers' index (PMI) manufaktur Prancis sebesar 51,1 di bulan ini, naik dari bulan November sebesar 49,6. Sementara itu motor penggerak ekonomi Eropa, Jerman, PMI manufakturnya tercatat sebesar 58,6, lebih tinggi dari sebelumnya 57,8.
Untuk zona euro secara keseluruhan, PMI manufaktur tercatat sebesar 57,3, naik dari sebelumnya 55,6.
PMI menggunakan angka 50 sebagai ambang batas, di atasnya berarti ekspansi, sementara di bawah berarti kontraksi.
PMI manufaktur Jerman masih naik dari bulan sebelumnya. Hal tersebut menjadi kabar bagus di tengah lonjakan kasus yang dialami Jerman. Apalagi, PMI zona euro secara keseluruhan menunjukkan kenaikan, tentunya menjadi kabar gembira.
Kabar gembira lainnya datang perundingan keluarnya Inggris dari Uni Eropa atau yang dikenal dengan Brexit hampir mencapai deal.
Untuk diketahui, Inggris saat ini masih dalam masa transisi Brexit yang berakhir pada 31 Desember nanti. Jika sampai batas waktu tersebut belum tercapai kesepakatan, maka akan terjadi hard Brexit yang ditakutkan membuat perekonomian Inggris merosot, dan menyeret Eropa.
Perundingan antara Inggris dan Uni Eropa akhirnya menemukan titik terang. Presiden Komisi Eropa, Ursula von der Leyen mengatakan sudah ada jalan menuju deal Brexit, dan beberapa hari ke depan akan menjadi penting.
"Saya dengan senang hati menyampaikan isu-isu terkait pemerintahan sebagian besar sudah terselesaikan. Beberapa hari ke depan akan menjadi hal yang menentukan," kata von der Leyen, sebagaimana dilansir CNBC International, Rabu (16/12/2020).
Alhasil, nilai tukar poundsterling terus menguat, kemarin menyentuh level tertinggi sejak Mei 2018 setelah menguat 2,7% dalam 4 perdagangan terakhir. Sementara pada hari ini terkoreksi 0,24% di US$ 1,3550.
Koreksi euro dan poundsterling hari ini terbilang wajar setelah menguat 4 hari beruntun, apalagi posisinya di level tertinggi dalam lebih dari 2,5 tahun terakhir. Tentunya banyak yang tergiur mencairkan keuntungan alias melakukan aksi profit taking.
Meski demikian, mengingat dolar AS berisiko tertekan ke depannya, tentunya euro dan poundsterling berpotensi menguat lagi, dengan syarat ada deal Brexit.
