
Meroket, Dolar Australia Kini Lebih Mahal dari Kurs Singapura

Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar dolar Australia dan Singapura kompak menguat melawan rupiah pada perdagangan Kamis (17/12/2020). Namun, dolar Australia naik lebih tajam, membuat nilainnya jauh semakin lebih mahal ketimbang dolar Singapura.
Pada pukul 14:35 WIB, dolar Australia menguat 0,5% ke Rp 10.728,13/AU$, sementara dolar Singapura naik 0,27% ke Rp 10.629,15/SG$. Dolar Australia mulai lebih mahak ketimbang dolar Singapura sejak 10 Desember lalu.
Tingkat pengangguran Australia yang turun di bulan November mampu mendongkrak kinerja mata uangnya hari ini. Biro Statistik Australia hari ini melaporkan tingkat pengangguran turun menjadi 6,8% dari bulan Oktober sebesar 7%. Selain itu, sepanjang bulan November terjadi perekrutan tenaga kerja sebanyak 70 ribu orang.
Data tersebut mengkonfirmasi membaiknya perekonomian Australia. Di awal bulan ini, bank sentralnya (Reserve Bank of Australia/RBA) menunjukkan optimisme terhadap kondisi perekonomian.
Pada hari Selasa (1/12/2020), RBA dalam pengumuman rapat kebijakan moneter hari ini mempertahankan suku bunga 0,1%.
Gubernur RBA, Philip Lowe, menunjukkan sikap optimis perekonomian Australia akan bangkit dari resesi yang terjadi untuk pertama kalinya dalam 3 dekade terakhir. Ia optimis dalam pemulihan ekonomi Australia, sebab perekonomian sudah dibuka kembali dan penambahan kasus baru penyakit virus corona (Covid-19) nyaris 0.
"Pemulihan ekonomi sedang berlangsung, dan data ekonomi yang dirilis belakangan ini lebih baik dari perkiraan sebelumnya," kata Lowe, sebagaimana dilansir Reuters.
"Ini adalah kabar bagus, tetapi pemulihan ekonomi masih belum terjadi secara menyeluruh, dan masih sangat tergantung dari dukungan kebijakan moneter dan fiskal," katanya.
Gubernur Lowe juga menegaskan suku bunga kemungkinan besar tidak akan dinaikkan hingga 3 tahun ke depan, dan siap menggelontorkan stimulus tambahan jika diperlukan.
Sejak dihantam pandemi Covid-19, RBA sudah memangkas suku bunga sebanyak 3 kali, serta menggelontorkan program pembelian aset (quantitative easing/QE). Sementara pemerintah Australia menggelontorkan stimulus fiskal senilai AU$ 300 miliar.
Selain itu, kenaikan harga bijih besi juga mendorong kenaikan dolar Australia. Bijih besi merupakan komoditas ekspor utama Australia, berkontribusi sekitar 15% dari total ekspor Australia, sehingga harganya yang melesat tentunya akan meningkatkan pendapatan ekspor.
CNBC International melaporkan harga bijih besi awal pekan ini di Dalian Commodity Exchange China, sudah melesati 1.000 yuan (US$ 152,95) per ton, yang merupakan rekor tertinggi sepanjang sejarah.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(pap/pap)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Kurs Dolar Singapura & Australia Meroket, Ada Apa Ini?
