Akhirnya Melesat Lagi, Emas Bisa ke US$ 2.000 Akhir Tahun?

Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
16 December 2020 16:58
Emas Batangan dan Koin dalam brankas Pro Aurum di Munich, Jerman pada 14 Agustus 2019. (REUTERS/Michael Dalder)
Foto: Emas Batangan dan Koin dalam brankas Pro Aurum di Munich, Jerman pada 14 Agustus 2019. (REUTERS/Michael Dalder)

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga emas dunia akhirnya kembali melesat pada perdagangan Selasa kemarin, setelah menurun dalam berapa hari terakhir. Ekspektasi cairnya stimulus fiskal di Amerika Serikat (AS) membuat harganya kembali melesat, selain itu pelaku pasar juga menanti pengumuman kebijakan moneter oleh bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed) Kamis dini hari waktu Indonesia.

Melansir data Refinitiv, Harga emas dunia kemarin melesat 1,44% ke US$ 1.853,46/troy ons di pasar spot. Sementara pada perdagangan hari ini, Rabu (16/12/2020) pukul 15:55 WIB, emas menguat 0,43% ke US$ 1.861,51/troy ons.

Titik terang mulai terlihat dari pembahasan stimulus fiskal di AS setelah Partai Demokrat dan Partai Republik merilis proposal senilai US$ 908 miliar Senin lalu. Partai Demokrat saat ini menguasai House of Representative (DPR) sementara Partai Republik menguasai Senat, hal ini yang membuat penambahan stimulus terus mengalami tarik ulur.

Kabar baiknya, para ketua mayoritas dan minoritas di masing-masing "kamar" tersebut kini sudah bertemu dan sedang melakukan perundingan. Ada Ketua DPR Nancy Pelosi dari Partai Demokrat, ketua minoritas DPR Kevin McCarthy dari Partai Republik, ketua mayoritas Senat Mitch McConnel dari Partai Republik, dan ketua minoritas Senat Chuck Schumer dari Partai Demokrat.

"Kami tidak akan pergi dari sini tanpa paket stimulus. Kami akan tetap di sini sampai paket stimulus untuk mengatasi Covid-19 tercapai, berapa pun lama waktu yang diperlukan," kata McConnel sebagaimana dilansir CNBC International.

Sementara itu pengumuman kebijakan moneter The Fed dini hari nanti akan menjadi perhatian utama. Bank sentral pimpinan Jerome Powell ini diprediksi akan memberikan proyeksi pertumbuhan ekonomi tahun depan serta panduan kebijakan moneter yang akan diambil.

Untuk saat ini, The Fed memproyeksikan suku bunga 0,25% tidak akan dinaikkan hingga tahun 2023, dan program pembelian aset (quantitative easing/QE) akan terus dilakukan hingga selama diperlukan oleh untuk membantu perekonomian AS.

Jika The Fed juga mengumumkan nilai QE akan ditambah, maka emas berpotensi kembali melesat.

Stimulus moneter plus stimulus fiskal merupakan "bahan bakar" utama emas menguat sepanjang pekan tahun ini. Sehingga tambahan stimulus tersebut bisa menjadi tenaga bagi emas untuk kembali menguat.

Meski demikian, di menjelang libur Natal dan Tahun Baru, harga emas diprediksi akan bergerak dengan volatilitas tinggi, artinya naik turun secara signifikan dalam waktu singkat. Hal tersebut bisa terjadi akibat volume perdagangan yang lebih rendah dari biasanya.

Melihat grafik harian, emas saat ini bergerak dalam pola Descending Channel (garis biru), yang merupakan pola tren menurun. Harga emas bergerak naik turun, tetapi level tertinggi yang dicapai selalu lebih rendah dari sebelumnya (lower high), begitu juga level terendah yang semakin turun (lower low).

Selama berada dalam Descending Channel harga emas masih akan dalam tren menurun.

xauGrafik: Emas (XAU/USD) Harian
Foto: Refinitiv

Support terdekat berada di kisaran US$ 1.815 sampai US$ 1.800/troy ons, jika level tersebut ditembus, emas berisiko ambrol ke US$ 1.770 sampai US$ 1.755/troy ons.

Sementara resisten terdekat berada di kisaran US$ 1.880/troy ons, jika berhasil dilewati emas berpotensi menguat ke US$ 1.900/troy ons.

Resisten selanjutnya berada di kisaran US$ 1.930/troy ons, jika level tersebut dilewati artinya emas berhasil break out pola Descending Channel, sehingga peluang ke US$ 2.000/troy ons menjadi terbuka di penghujung tahun ini.

TIM RISET CNBC INDONESIA 

Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular