Seng Ada Lawan! Harga Batu Bara Tembus US$ 82,5/Ton

Tirta Citradi, CNBC Indonesia
14 December 2020 10:48
Aktivitas bongkar muat batubara di Terminal  Tanjung Priok TO 1, Jakarta Utara, Senin (19/10/2020). Dalam satu kali bongkar muat ada 7300 ton  yang di angkut dari kapal tongkang yang berasal dari Sungai Puting, Banjarmasin, Kalimantan. (CNBC Indonesia/Tri Susilo)  

Aktivitas dalam negeri di Pelabuhan Tanjung Priok terus berjalan meskipun pemerintan telah mengeluarkan aturan Pembatasan Sosial Bersekala Besar (PSBB) transisi secara ketat di DKI Jakarta untuk mempercepat penanganan wabah virus Covid-19. 

Pantauan CNBC Indonesia ada sekitar 55 truk yang hilir mudik mengangkut batubara ini dari kapal tongkang. 

Batubara yang diangkut truk akan dikirim ke berbagai daerah terutama ke Gunung Putri, Bogor. 

Ada 20 pekerja yang melakukan bongkar muat dan pengerjaannya selama 35 jam untuk memindahkan batubara ke truk. (CNBC Indonesia/ Tri Susilo)
Foto: Bongkar Muat Batu bara di Terminal Tanjung Priok TO 1, Jakarta Utara. (CNBC Indonesia/ Tri Susilo)

Jakarta, CNBC Indonesia - Reli harga batu bara masih tak bisa tertahan. Di akhir perdagangan pekan lalu, harga kontrak futures batu bara termal Newcastle ditutup melesat 3,19% ke level US$ 82,5/ton.

Posisi harga si batu legam kini sudah berada di level tertinggi dalam 1,5 tahun terakhir atau tepatnya sejak 16 Mei 2019. Secara month to date (mtd) harga batu bara telah melesat 17,94%. Sementara apabila ditarik ke belakang lebih jauh, secara year to date harga batu bara naik 19,48%. 

Kenaikan harga batu bara terjadi bersamaan dengan kebijakan China yang mengurangi impor batu bara asal Australia, terutama untuk produsen baja dan perusahaan listrik di Negeri Panda, terkait ketegangan politik kedua negara.

Pengiriman dengan tujuan yang telah dikonfirmasi di China turun signifikan pada September dan tetap tertekan pada bulan November. Kondisi pasokan yang ketat membuat banyak pihak berspekulasi bahwa Negeri Tirai Bambu akan melonggarkan kebijakan kuota impornya.

Namun, hubungan Canberra-Beijing yang masih diwarnai ketegangan membuat Negeri Panda ini diprediksi lebih memilih pasokan batu bara dari Indonesia sebagai produsen alternatif. Meski demikian, beberapa kapal tanker yang membawa pasokan batu bara Australia dikabarkan mulai diperbolehkan merapat ke pelabuhan China.

Dari sisi permintaan, ada kenaikan impor dari salah satu pasar terbesar dunia yaitu India. Ditambah dengan pemangkasan produksi batu bara oleh para pemasok membuat harganya tertekan ke atas.

Kabar positif seputar vaksin Covid-19 juga membuat harga batu bara terdongkrak. Setelah Inggris merestui penggunaan vaksin Covid-19 buatan Pfizer dan mitranya dari Jerman BioNTech untuk kondisi darurat, kini giliran AS yang memberi izin. 

FDA, badan pengawas obat dan makanan di AS sudah mengeluarkan izin penggunaan darurat vaksin Pfizer dan BioNTech tersebut untuk melakukan vaksinasi Covid-19. Dalam press rilisnya FDA menyebut bahwa vaksin Covid-19 Pfizer-BioNTech merupakan kandidat yang cocok sebagai vaksin virus Corona. 

TIM RISET CNBC INDONESIA


(twg/twg)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Kabar China Boikot Australia, Harga Batu Bara Balik Arah

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular