Stagnan di US$ 84,7/ton, Reli Batu Bara Segera Berakhir?

Market - Tirta Citradi, CNBC Indonesia
23 December 2020 14:07
Aktivitas bongkar muat batubara di Terminal  Tanjung Priok TO 1, Jakarta Utara, Senin (19/10/2020). Dalam satu kali bongkar muat ada 7300 ton  yang di angkut dari kapal tongkang yang berasal dari Sungai Puting, Banjarmasin, Kalimantan. (CNBC Indonesia/Tri Susilo)  

Aktivitas dalam negeri di Pelabuhan Tanjung Priok terus berjalan meskipun pemerintan telah mengeluarkan aturan Pembatasan Sosial Bersekala Besar (PSBB) transisi secara ketat di DKI Jakarta untuk mempercepat penanganan wabah virus Covid-19. 

Pantauan CNBC Indonesia ada sekitar 55 truk yang hilir mudik mengangkut batubara ini dari kapal tongkang. 

Batubara yang diangkut truk akan dikirim ke berbagai daerah terutama ke Gunung Putri, Bogor. 

Ada 20 pekerja yang melakukan bongkar muat dan pengerjaannya selama 35 jam untuk memindahkan batubara ke truk. (CNBC Indonesia/ Tri Susilo) Foto: Bongkar Muat Batu bara di Terminal Tanjung Priok TO 1, Jakarta Utara. (CNBC Indonesia/ Tri Susilo)

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga batu bara saat ini memang sudah berada di pucuk setelah reli panjang sejak pertengahan bulan Oktober lalu. Saat ini seharusnya harga batu bara sudah masuk pada fase konsolidasi.

Pada perdagangan Selasa (22/12/2020), harga kontrak futures batu bara termal Newcastle ditutup stagnan di US$ 84,7/ton. Harga batu bara masih berada di posisi tertingginya sepanjang tahun ini dan satu setengah tahun terakhir.

Salah satu faktor yang membuat harga batu bara Newcastle terus menguat meskipun ada perseteruan antara Australia dengan China adalah ketatnya pasokan di Negeri Panda. Pasokan yang menipis membuat harga batu bara domestik China terbang tinggi.

Data Refinitiv menunjukkan harga batu bara termal acuan Qinhuangdao 5500kcal FOB NAR kembali meningkat tajam minggu lalu dengan kenaikan mencapai 5,1% ke level RMB 728/ton. Harga tersebut jelas telah melampaui target informal pemerintah yang ditetapkan di RMB 500 - RMB 570/ton.

Otoritas China terus berupaya mendorong peningkatan pasokan domestik untuk menurunkan harga yang tinggi. Bahkan ketika produksi batu bara bulanan nasional mencatat rekor tinggi pada bulan November, pasar batu bara domestik China tetap sangat ketat, dengan harga pada tingkat yang sangat tinggi.

Terlepas dari rekor tingkat produksi yang tinggi di bulan November, harga yang tinggi ini mencerminkan laju pertumbuhan pasokan yang lebih rendah dari laju pertumbuhan permintaan.

Konsumsi batu bara China telah didorong oleh stimulus ekonomi yang dikeluarkan pemerintah untuk meredam dampak pandemi Covid-19 dan musim musim dingin yang lebih dingin dari biasanya.

Produksi batu bara mentah China pada November naik 1,5% pada bulan yang sama tahun lalu menjadi 347 juta metrik ton. Batasan kuota impor batu bara juga telah menyebabkan harga batu bara domestik yang sangat tinggi saat ini di China.

Minggu lalu, media yang dikelola pemerintah melaporkan bahwa pembatasan impor ini akan dilonggarkan (dengan pengecualian larangan impor batu bara Australia yang sedang berlangsung), dengan harapan dapat menurunkan harga batu bara yang menekan profitabilitas beberapa pembangkit listrik.

Bagaimanapun juga, ketika pasokan di China masih tetap ketat maka prospek batu bara berpeluang meningkat untuk ke depannya dengan catatan permintaannya juga tetap terjaga.

TIM RISET CNBC INDONESIA


[Gambas:Video CNBC]
Artikel Selanjutnya

Pasokan China Ketat, Harga Batu Bara Siap ke US$ 60/Ton


(twg/twg)

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

Terpopuler
    spinner loading
LAINNYA DI DETIKNETWORK
    spinner loading
Features
    spinner loading