
Kabar China Boikot Australia, Harga Batu Bara Balik Arah

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga batu bara berjangka Newcastle akhirnya terpangkas juga setelah selama 4 hari beruntun ditutup dengan penguatan.
Namun selisih antara harga batu bara termal Australia Newcastle dengan batu bara domestik China masih sangat lebar.
Pada perdagangan kemarin, Selasa (20/10/2020) harga batu bara untuk kontrak yang aktif ditransaksikan ditutup melemah 0,77% ke US$ 57,7/ton. Sehari sebelumnya harga batu bara ditutup di US$ 58,15/ton.
Harga batubara domestik China melanjutkan momentum kenaikannya minggu lalu. Harga patokan Qinhuangdao 5500kcal FOB NAR naik 1,3% dan dipatok di RMB 620/ton pada hari Jumat pekan lalu.
Harga sekarang sudah jauh melampaui batas atas 'zona hijau' di rentang RMB 500 - RMB 570 per ton. Zona hijau merupakan sasaran harga informal yang ditetapkan oleh pihak berwenang yang bertujuan untuk memastikan profitabilitas produsen batu bara domestik serta menjaga margin produsen listrik.
Otoritas China kemungkinan akan mendorong peningkatan pasokan domestik untuk mengurangi harga tinggi, meskipun pelonggaran kontrol impor mungkin terjadi jika harga tetap tinggi. Hal ini berpotensi untuk mengerek naik harga batu bara impor lintas laut (seaborne).
Namun kabar China yang memboikot impor batu bara dari Australia masih membayangi. Produsen batu bara BHP melaporkan bahwa kargo batu bara mereka harus dialihkan ke pasar alternatif.
Di saat yang sama, berdasarkan data Refinitiv coal flow impor batu bara China pada September merosot 38% dari 30,3 juta ton tahun lalu menjadi 18,7 juta ton sebagaimana dilaporkan oleh Administrasi Umum Kepabeanan China pada 13 Oktober.
Impor batu bara bulan September 9,62% atau 1,99 juta ton lebih rendah dibandingkan bulan Agustus. Penurunan impor ini merupakan cerminan langsung dari pembatasan impor batu bara China yang mengacu pada sistem kuota.
Melansir Reuters, untuk banyak daerah/pelabuhan, kuota telah mendekati batas tahunan mereka dengan sebagian kecil dari tahun kalender tersisa, yang berdampak pada terhambatnya arus masuk batu bara impor.
Namun di saat yang sama sebenarnya China juga mengalami permasalahan karena ketatnya pasokan domestik yang membuat harga batubaranya melambung. Berdasarkan data Biro Statistik Nasional China, produksi batu bara mentah China turun 0,9% (yoy) menjadi 331,07 juta ton pada September.
Namun, produksi meningkat 2% dari 325,8 juta ton pada Agustus. Peningkatan ini terjadi karena beberapa basis produksi mulai mengambil langkah-langkah untuk meningkatkan produksi dan memastikan pasokan musim dingin di tengah cuaca dingin di China Utara.
Dalam sembilan bulan pertama tahun kalender, China memproduksi total 2,79 miliar ton batu bara mentah, turun 0,1% dari tahun lalu tetapi stabil dari Januari-Agustus.
Kurangnya pertumbuhan dalam produksi batu bara dibandingkan dengan pertumbuhan moderat dalam aktivitas ekonomi China dalam beberapa bulan terakhir membantu menjelaskan mengapa harga batu bara domestik China melesat di atas zona hijau.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(twg/twg)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Pasokan China Ketat, Harga Batu Bara Siap ke US$ 60/Ton
