Pasokan China Ketat, Harga Batu Bara Siap ke US$ 60/Ton

Tirta Citradi, CNBC Indonesia
27 October 2020 11:13
An undated handout photo of Whitehaven Coal's Maules Creek coal mine in New South Wales, Australia.   Whitehaven Coal Ltd/Handout via REUTERS   ATTENTION EDITORS - THIS IMAGE HAS BEEN SUPPLIED BY A THIRD PARTY. NO RESALES. NO ARCHIVES
Foto: Tambang batubara Maules Creek Whitehaven Coal di New South Wales, Australia (Whitehaven Coal Ltd/Handout via REUTERS)

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga batu bara Newcastle untuk kontrak yang aktif ditransaksikan mengalami penguatan pada perdagangan awal pekan ini. Senin (26/10/2020). 

Harga batu bara berjangka Newcastle terakhir menguat 0,95% ke US$ 58,55/ton. Akhir pekan lalu harga batu bara ditutup di level US$ 58/ton. 

Kabar soal boikot impor batu bara sempat membuat harga batu bar terjun bebas. Namun kondisi pasokan batu bara China yang ketat dan membuat harga batu bara domestiknya melambung tinggi membuat pasar berspekulasi bahwa Negeri Tirai Bambu bakal melonggarkan kebijakan kuota impornya.

Lagipula selisih antara harga batu bara impor (seaborne) Newcastle asal Australia dengan acuan domestik China Qinhuangdao masih sangatlah lebar. Dalam kondisi normal seharusnya ini memicu para importir, trader maupun perusahaan utilitas Negeri Panda beralih untuk membeli batu bara dari luar China.

Sebagai informasi, harga batu bara termal Qinhuangdao untuk kalori 5.500 Kcal/Kg terakhir dipatok di RMB 620/ton. Ada selisih RMB 50 dengan rentang target harga informal yang dipatok pemerintah yang sering disebut sebagai zona hijau.

Dengan menggunakan asumsi kurs RMB ke dolar AS adalah 0,15 maka harga batu bara Qinhuangdao dipatok di US$ 92,73/ton. Artinya ada selisih sebesar hampir US$ 35/ton antara harga domestik dan impornya.

Apabila output China tak segera bisa mengimbangi kenaikan permintaannya, maka harga batu bara China berpotensi masih terapresiasi. Kenaikan ini juga akan turut mengerek harga batu bara impornya.

Sementara itu, akibat adanya pandemi Covid-19 permintaan terhadap batu bara global drop signifikan. Hal ini tercermin dari penurunan ekspor dari salah satu negara produsennya yaitu Indonesia. 

Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto mengatakan pada Selasa, ekspor batu bara tahun ini telah mencapai 232,3 juta ton pada Oktober, atau hanya sekitar 58,8% dari target setahun penuh karena permintaan yang lebih lambat di tengah pandemi virus corona.

Sebagai perbandingan, pemerintah menargetkan ekspor 395 juta ton tahun ini, Airlangga mengatakan pada acara industri virtual. Konsumsi batu bara domestik tahun ini diperkirakan 141 juta ton, dibandingkan target 155 juta ton karena penurunan kebutuhan listrik.

TIM RISET CNBC INDONESIA


(twg/twg)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Kabar China Boikot Australia, Harga Batu Bara Balik Arah

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular