2020 Dekati Akhir, Rupiah Tertinggal Jauh di Belakang

Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
11 December 2020 18:52
Ilustrasi Dollar
Foto: Freepik

Setelah nyaris satu dekade lamanya, transaksi berjalan (current account) Indonesia akhirnya mencatat surplus lagi di kuartal III-2020.

Neraca Pembayaran Indonesia (NPI) pada periode Juli-September kembali mencatat surplus US$ 2,1 miliar. Transaksi berjalan, yang sebelumnya selalu membuat NPI tekor, kini turut menyumbang surplus.

"NPI mencatat surplus sebesar US$ 2,1 miliar pada triwulan III 2020, melanjutkan capaian surplus sebesar US$ 9,2 miliar pada triwulan sebelumnya. Surplus NPI yang berlanjut tersebut didukung oleh surplus transaksi berjalan maupun transaksi modal dan finansial," sebut keterangan tertulis Bank Indonesia (BI), Jumat (20/11/2020).

Pada kuartal III-2020, pos transaksi modal dan finansial dalam NPI mencatat surplus US$ 1 miliar, atau 0,4% dari Produk Domestik Bruto (PDB), menurun jauh dibandingkan kuartal sebelumnya US$ 10,6 miliar atau 4,3% dari PDB.

Sementara itu pos NPI yang selalu menjadi perhatian, transaksi berjalan, mencatat surplus sebesar US$ 1 atau 0,4% dari PDB, setelah mengalami defisit US$ 2,9 miliar atau 1,2% dari PDB di kuartal sebelumnya.

Surplus transaksi berjalan ditopang oleh surplus neraca barang seiring dengan perbaikan kinerja ekspor di tengah masih tertahannya kegiatan impor sejalan dengan permintaan domestik yang belum kuat.

Kali terakhir transaksi berjalan mencatat surplus persis sembilan tahun lalu, yakni kuartal III-2011. Setelahnya, transaksi berjalan terus defisit sehingga kita terbiasa dengan istilah CAD (Current Account Deficit).

CAD menjadi "hantu" bagi perekonomian Indonesia. Kala defisit membengkak, Bank Indonesia akan menaikkan suku bunga guna menarik hot money di pos transaksi modal dan finansial sehingga diharapkan dapat mengimbangi defisit transaksi berjalan. Hal tersebut menjadi penting guna menjaga stabilitas nilai tukar rupiah.

Namun, kala suku bunga dinaikkan, suku bunga perbankan tentunya ikut naik, sehingga beban yang ditanggung dunia usaha hingga rumah tangga akan menjadi lebih besar. Akibatnya, investasi hingga konsumsi rumah tangga akan melemah, dan roda perekonomian menjadi melambat.

Kini dengan transaksi berjalan yang mencetak surplus, tidak serta merta membuat rupiah perkasa kembali. Sebab, surplus berhasil dicapai akibat pandemi Covid-19, yang merupakan tragedi bagi umat manusia.

Kebijakan PSBB yang ketat membuat roda perekonomian merosot tajam, sehingga impor menjadi anjlok. Anjloknya impor tersebut menjadi pemicu surplus transaksi berjalan. Sehingga ke depannya, jika roda bisnis kembali berputar kencang, impor kembali deras, maka "hantu" CAD akan datang lagi.

Dengan kata lain, surplus transaksi berjalan kemungkinan tidak akan bertahan lama.

(pap/pap)
Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular