
2020 Dekati Akhir, Rupiah Tertinggal Jauh di Belakang

Kabar kurang sedap lainnya datang dari survei terbaru Reuters. Daya tarik rupiah dimata pelaku pasar kian meredup, sementara won Korea Selatan menjadi yang paling bersinar saat ini dibandingkan mata uang utama Asia lainnya.
Survei 2 mingguan yang dilakukan Reuters menunjukkan posisi long (beli) rupiah terhadap dolar AS menurun dibandingkan dua pekan lalu, sementara posisi long won justru melesat naik.
Survei dari Reuters tersebut menggunakan rentang -3 sampai 3. Angka positif berarti pelaku pasar mengambil posisi long (beli) terhadap dolar AS dan short (jual) terhadap rupiah/won. Begitu juga sebaliknya, angka negatif berarti mengambil posisi short (jual) terhadap dolar AS dan long (beli) terhadap rupiah/won.
Hasil survei terbaru yang dirilis Kamis (10/12/2020) kemarin untuk rupiah menunjukkan angka -0,61, turun dari 2 pekan lalu -0,92. Sementara untuk won naik menjadi -1,68 dari sebelumnya -1,29. Won kini
Semakin tinggi angka negatif artinya pelaku pasar semakin banyak mengambil posisi long. Won kini menjadi mata uang Asia yang paling banyak diborong, mengalahkan yuan China yang dua pekan lalu menjadi yang teratas.
Survei dari Reuters tersebut tersebut konsisten dengan pergerakan rupiah begitu juga won di tahun ini. kala angka positif maka rupiah cenderung melemah, begitu juga sebaliknya.
Di bulan Januari saat hasil survei menunjukkan angka -0,86 untuk rupiah, dan menjadi yang tertinggi dibandingkan mata uang Asia lainnya. Won juga kalah jauh dengan angka -0,22. Alhasil rupiah terus menguat melawan dolar AS. Pada 24 Januari, rupiah membukukan penguatan 2,27% secara year-to-date (YtD), dan menjadi mata uang terbaik di dunia kala itu. Di saat yang sama, won justru melemah 1,31%.
Pada bulan Maret lalu, ketika rupiah mengalami gejolak, investor mengambil posisi short rupiah, dengan angka survei yang dirilis Reuters sebesar 1,57. Semakin tinggi nilai positif, semakin besar posisi short rupiah yang diambil investor. Rupiah pun ambruk nyaris 20% Ytd ke ke Rp 16.620/US$, terlemah sejak krisis moneter 1998. Hal yang sama juga terjadi dengan won, tetapi angka survei lebih rendah, sebesar 1,22%, dan kemerosotan won melawan dolar AS juga tidak sebesar rupiah.
Kini dengan angka survei kembali negatif, artinya ada peluang rupiah dan won akan kembali menguat, tetapi won jauh lebih unggul. Apalagi, dengan angka negatif untuk rupiah yang semakin mengecil, artinya daya tarik rupiah semakin meredup, sementara won semakin bersinar.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(pap/pap)[Gambas:Video CNBC]
