
Dolar AS Bangkit, Rupiah & Mata Uang Asia Lainnya Tumbang

Rupiah sudah mulai terbebani sejak pekan lalu akibat penambahan jumlah kasus penyakit virus corona (Covid-19) yang mencetak rekor tertinggi di atas 8.000 per hari, dan setelahnya beberapa kali di atas 6.000 kasus, termasuk Rabu kemarin.
Pelaku pasar juga was-was akan adanya lonjakan kasus, sebab kemarin diadakan Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) yang berisiko menimbulkan kerumunan baru.
Sementara itu, Bank Indonesia (BI) hari ini melaporkan, penjualan ritel yang dicerminkan oleh Indeks Penjualan Riil (IPR) pada Oktober 2020 berada di 183,5. Ambles 14,9% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya (year-on-year/YoY), lebih dalam ketimbang penurunan September 2020 yang 8,7% YoY.
"Penurunan tersebut terjadi pada mayoritas kelompok yang dipantau seperti makanan, minuman, dan tembakau yang tercatat kontraksi 5,6% YoY setelah bulan sebelumnya tumbuh 3,1% YoY. Kemudian terjadi penurunan kinerja kelompok peralatan komunikasi dan informasi serta kelompok barang lainnya dari semula masing-masing 22,2% YoY dan 51,8% YoY pada September 2020 menjadi 30,9% YoY dan 53,5% YoY," tulis laporan BI yang dirilis Kamis (10/12/2020).
Untuk November 2020, BI memperkirakan penjualan ritel terkontraksi (tumbuh negatif) lebih dalam lagi yakni 15,7% YoY. Terutama disebabkan penurunan penjualan kelompok Peralatan Informasi dan Komunikasi.
Selasa lalu BI yang melaporkan Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) periode November 2020 sebesar 92. Naik tajam dibandingkan bulan sebelumnya yang sebesar 79.
IKK menggunakan angka 100 sebagai titik start. Jika masih di bawah 100, maka artinya konsumen belum optimistis dalam memandang situasi ekonomi saat ini dan beberapa bulan ke depan. Jadi sampai bulan lalu, konsumen Tanah Air belum percaya diri, tetapi sudah jauh membaik ketimbang bulan Oktober.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(pap/pap)[Gambas:Video CNBC]
