
'Barang' di Bursa Saham Asia Sudah Mahal, Investor pun Jualan

Selain itu, bursa saham Asia juga terimbas koreksi yang terjadi di Wall Street. Dini hari tadi waktu Indonesia, indeks Dow Jones Industrial Average (DJIA) turun 0,35%, S&P 500 berkurang 0,79%, dan Nasdaq Compostite ambles 1,94%.
Investor di bursa saham New York gelisah menanti kabar terbaru soal stimulus fiskal di Negeri Paman Sam. "Kami masih mencari jalan," ujar Mitch McConnell, Pimpinan Mayoritas Senat AS, seperti dikutip dari Reuters.
Tanpa stimulus fiskal, ekonomi AS akan sulit dipacu lebih cepat karena dampak pandemi virus corona (Coronavirus Disease-2019/Covid-19) yang sangat dahsyat. Salah satu dampak perlambatan pertumbuhan ekonomi adalah penurunan penciptaan lapangan kerja. Pada November 2020, perekonomian AS menciptakan 245.000 lapangan kerja non-pertanian (non-farm payroll), jauh berkurang ketimbang bulan sebelumnya yang mencapai 610.000.
"Pemulihan ekonomi tertahan, dan masih amat rentan. Musim dingin dan lonjakan kasus baru bisa memukul ekonomi sampai jatuh sebelum pulih kembali setelah kehadiran vaksin dan stimulus dari Washington," kata Sun Won Sohn, Profesor di Loyola Marymount University di Los Angeles, sepert diberitakan Reuters.
Pesimisme akan pemulihan ekonomi membuat investor di bursa saham New York mundur teratur. Malangnya, sikap serupa juga dilakukan oleh investor di Asia.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(aji/aji)