OPEC+ & Vaksin Bawa Minyak Mentah ke Level Tertinggi 8 Bulan

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga minyak mentah menguat ke level tertinggi 8 bulan di pekan ini setelah Organisasi Negara Pengekspor Minyak Bumi (OPEC) memutuskan menaikkan produksinya di tahun depan. Meski demikian, kenaikan tersebut tidak sebesar kesepakatan sebelumnya.
Melansir data Refinitiv, harga minyak mentah jenis West Texas Intermediate (WTI) menguat 1,6% ke US$ 46,26/barel, sementara jenis Brent naik 2,22% ke US$ 49,25/barel. Keduanya berada di level tertinggi sejak 6 Maret lalu.
OPEC dan Rusia dan beberapa negara lainnya atau yang dikenal dengan OPEC+ pada Kamis lalu memutuskan untuk menaikkan produksi minyak sebesar 500 ribu barel per hari. Namun langkah peningkatan produksi minyak secara bertahap oleh OPEC+ ini masih lebih baik dibanding harus mengikuti pakta awal yang rencananya bakal menggenjot output sampai 2 juta barel per hari.
"Telah diputuskan untuk meningkatkan jumlah minyak yang ditawarkan ke pasar mulai Januari 2021, dengan total peningkatan dari negara OPEC+ sebesar 500.000 barel per hari," kata kementerian energi Kazakshstan mewakili peserta lainnya di sebuah pernyataan video di akhir konferensi yang berlangsung sebagaimana dikutip AFP, Kamis (3/12/2020).
Dengan demikian, total produksi yang dipangkas mulai Januari menjadi 7,2 juta barel per hari, dan akan berlangsung selama 3 bulan. Reuters melaporkan OPEC+ akan bertemu sebulan sekali untuk meninjau kondisi dan kenaikan bulanan agar tidak akan lebih dari yang sudah disepakati yakni di 500 ribu barel per hari.
Selain OPEC+, vaksin virus corona juga menjadi pemicu kenaikan harga minyak mentah belakangan ini.
Perusahaan farmasi asal AS, Pfizier dan Moderna melaporkan vaksin buatannya sukses menanggulangi virus corona hingga lebih dari 90%.
Selain perusahaan di AS, perusahaan farmasi asal Inggris, AstraZeneca, juga mengumumkan vaksinnya sukses menanggulangi virus corona hingga 90% tanpa efek samping yang serius.
Vaksin AstraZeneca dianggap sebagai 'game changer' untuk melawan Covid-19 ini. Ini karena vaksin ini lebih murah dari vaksin Pfizer dan Moderna serta berpotensi lebih mudah untuk mendistribusikannya secara global sehingga sangat bermanfaat bagi negara miskin dan negara berkembang.
AstraZeneca berjanji tidak akan mengambil keuntungan dari vaksin Covid-19 selama pandemi. Itu membuat harga vaksinnya lebih murah. Menurut Financial Times, vaksin ini di harga US$3-US$4 per dosis. Vaksin ini butuh 2 dosis untuk memberi perlindungan maksimal.
Sementara itu, Pfizer telah resmi mengajukan izin penggunaan darurat (Emergency Use Authorization/EUA) terhadap vaksin anti-virus corona (Coronavirus Disease-2019/Covid-19) yang mereka kembangkan kepada otoritas pengawas obat dan makanan AS (US FDA). Ini adalah proposal izin EUA pertama yang diajukan ke FDA.
Selain itu, Pfizer dikabarkan sudah mendapatkan ijin dari pemerintahan Britania Raya untuk penggunaan darurat bagi vaksin Pfizer dan partnernya BioNTec Sedangkan ijin dari pemerintahan AS akan datang sebentar lagi, bahkan banyak yang beranggapan bahwa vaksin Pfizer akan disetujui untuk penggunaan darurat sebelum tahun 2021.
Saat vaksinasi sudah mulai berlangsung, kehidupan akan berangsur-angsur normal kembali, roda bisnis berputar lebih cepat, dan perekonomian bangkit. Alhasil permintaan minyak mentah berpotensi meningkat.
TIM RISET CNBC INDONESIA
[Gambas:Video CNBC]
PDB AS Hingga China Direvisi Naik, Harga Minyak Nanjak!
(pap/pap)